Selasa, 13 April 2010

PSM dan RAMANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepakbola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Olahraga itu berasal dari negeri Cina. Didalam sebuah dokumen militer disebutkan bahwa sejak tahun 206 SM, yaitu pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han orang sudah memainkan permainan bola yang disebut Tsu Chu. Tsu berarti menerjang bola dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola dari kulit dan ada isinya (Palupi, 2004 : 22).
Mereka bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan menggiringnya ke sebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Para pemain membidikkan bola ke dalam jaring kecil dengan menggunakan kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha menahan serangan dari lawan. Para pemainnya terdiri dari 11 orang. Satu orang sebagai penjaga gawang yang bisa memegang bola dengan tangan.
Menurut Bill Muray, pakar sejarah sepakbola dalam bukunya The World Game: A History of Soccer mengatakan sebagai berikut :
Sepakbola sudah dimainkan sejak awal Masehi. Pada Saat itu orang-orang dimasa Mesir kuno sudah mengenal permainan membawa dan menendang bola yang dibuat dari buntalan kain linen. Sejarah Yunani Purba juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut Episcuro yaitu permainan menggunakan bola (www;//sepak bola news.com).

Pada sekitar tahun 500 - 600 SM kemudian atau tahun 706 SM Jepang sudah mengenal pula permainan semacam Tsu Chu meskipun tidak sama seperti yang dikenal di Cina. Selain itu di Yunani juga telah mengenal olahraga pra sepakbola yang bernama Episkyros, dan di Romawi orang mengenal permainan Harpastum yaitu permainan dengan bola berukuran kecil. Pemainnya dibagi dalam dua kelompok yang saling berhadapan di dalam lapangan berbentuk segi empat yang dibatasi oleh garis serta terdapat garis tengah. Tujuannya adalah menggiring bola hingga melewati garis batas lawan dengan langkah dan terkadang melakukannya dengan segala tipu muslihat (Sucipto dkk, 2000 : 2).
Diduga kuat bahwa orang-orang Romawilah yang membawa permainan olahraga sepakbola ke Inggris. Akan tetapi masih diragukan apakah Harpastum merupakan awal lahirnya sepak bola yang seperti sekarang kita kenal sebab disisi lain penduduk Celtic di Cronwall sudah mengenal permainan yang serupa yang disebut Hurling. Ketika itu belum ada peraturan yang jelas mengenai olahraga ini. Orang boleh main tanpa jumlah yang pasti dan tidak saja kaki yang bisa digunakan dalam bermain tetapi tanganpun boleh main. Boleh menendang tulang serta membawa lari bola.
Walaupun banyak tanggapan tentang siapa yang pertama kali mencetuskan dan melaksanakan permainan sepakbola. Tetapi yang pasti, Inggrislah yang menyempurnakan olahraga sepakbola itu sehingga dikenal luas bahkan menjadi olahraga yang paling digemari oleh banyak orang. Mulai dari orang tua, anak muda dan anak kecil ikut ambil bagian dalam olahraga tersebut. Kalau mereka bukan menjadi pemain ia jadi penonton. Biasanya ia mendukung tim favoritnya ketika bertanding. Bahkan tidak heran bila sebagian penonton ketika tim favoritnya bertanding ada yang menjadikan pertandingan itu sebagai ajang taruhan atau judi.
Prakarsa lahirnya olahraga sepakbola di Inggris yaitu pada tahun 1863. ketika perkumpulan olahraga di London mengadakan pertemuan untuk mengatasi kekacauan olahraga sepakbola dengan membuat serangkaian peraturan fundamental untuk mengatur teknik sepakbola disetiap pertandingan. Pada tanggal 26 Oktober 1863 lahirlah Football Association (FA) yang pertama. Dalam pertemuan perkumpulan olahraga tersebut menghasilkan peraturan yang melarang penginjakan, penendangan tulang kering dan melarikan atau membawa bola (Palupi, 2004 :24).
Kesempurnaan olahraga sepakbola makin baik setelah enam tahun Football Association berjalan yaitu tahun 1869. Ada peraturan baru yang melarang setiap pemain untuk memegang bola dengan tangan atau membuat hands dikenakan hukuman kecuali penjaga gawang. Pada tahun 1870 peraturan off side sudah ada dalam permainan sepakbola. Begitupun sampai pada tahun 1882 aturan-aturan main tentang sepakbola boleh dikatakan sebagian besar sudah sempurna. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 1873, tendangan sudut (corner kick) sudah ada. Pada tahun 1882 wasit yang merupakan orang yang memimpin jalannya permainan supaya berjalan dengan baik sudah ada pula (Saelan, 1964-1967 : 41).
Setelah Football Association yang merupakan perkumpulan olahraga sepakbola pertama tahun 1863. Selanjutnya beberapa perkumpulan sepakbola bermunculan berturut-turut seperti di Nederland yaitu The Scottisch FA tahun 1873, The Ta Of Wales tahun 1875, The Irish FA di Belfast, Selandia Baru tahun 1891, Argentina tahun 1893, Chili tahun 1895, Swiss dan Belgia tahun 1895, Italia tahun 1898, Jerman dan Uruguay tahun 1900, Hongaria tahun 1901, dan Finlandia tahun 1907 (www;//sepak bola news.com).
Pada tanggal 21 Mei 1904, berdirilah Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) di Paris. Pelopornya adalah Perancis, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss. Peraturan sepakbola pun semakin berkembang khususnya di Amerika Latin. Menyikut atau Tackling dari belakang dilarang, sedangkan menghalang-halangi lawan tanpa bola, diperbolehkan. Terdapat enam daerah konfederasi di bawah FIFA. Mereka adalah Eropa, Amerika Selatan, Amerika Serikat, Amerika Utara, Asia dan Austaralia (Kaligis, 2007 : 4).
Di Indonesia permainan sepakbola diperkenalkan oleh bangsa Belanda yang datang untuk bekerja di instansi-instansi pemerintah Hindia-Belanda sebagai pegawai dalam perkebunan, kantor-kantor perdagangan, perkapalan dan pertambangan sebagai karyawan. Para pekerja bumiputra memilih olahraga sepakbola sebagai sarana rekreasi dan menjaga kebugaran agar tetap sehat dan memiliki ketahanan fisik yang kuat (Sucipto dkk, 2000 : 5).
Pada mulanya permainan sepakbola hanya dapat dilakukan oleh orang-orang Barat yakni Belanda. Kemudian diikuti oleh orang-orang Tionghoa dan selanjutnya orang-orang bumiputra yang setaraf dengan bangsa Belanda. Hal ini disebabkan golongan penguasa saja yang mempunyai kesempatan berolahraga dan sepakbola merupakan permainan model baru yang ketika itu masih asing di Indonesia.
Disekitar tahun 1600 di daerah Sulawesi dan Maluku orang sudah bermain bola dengan bola yang terbuat dari rotan. Sisa-sisa warisan permainan ini kini masih dikenal dan masih dimainkan di dalam lingkungan masyarakat. Di Sulawesi Selatan orang mengenal atau menyebutnya sepakraga. Dipertandingkan secara beregu dengan adu lama memainkan bola di udara dengan tendangan kaki sebagai gerakan utama. Di Sumatera Barat orang menyebutnya sepakrago. Di Jawa Timur orang menyebutnya permainan tembung (Saelan, 1964-1967 : 46).
Masyarakat bumiputra yang telah mengenal tentang olahraga sepakbola mulai menyebarkannya pada sesama masyarakat. Permainan ini cepat dikenal sebab bangsa Indonesia sebelumnya sudah mengenal permainan sepak-sepakan bola (sepakraga) yang terbuat dari anyaman rotan. Seperti itulah gambaran singkat yang penulis paparkan tentang lahirnya olahraga sepakbola. Selanjutnya akan diungkapkan dinamika Persatuan Sepakbola Makassar dengan mengambil rentang waktu 1950-2006 yang merupakan inti daripada tulisan yang ingin dijelaskan oleh peneliti.
Persatuan Sepakbola Makassar yang disingkat dengan PSM merupakan tim sepakbola Indonesia yang bermarkas di Makassar Propinsi Sulawesi Selatan. PSM Makassar didirikan pada tanggal 2 November 1915 yang ketika itu masih merupakan perkumpulan sepakbola yang bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Berdasarkan latar historis prestasinya, MVB menampilkan pemain-pemain bumi putera di jajaran elite persepakbolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal yang ketika itu sangat disegani oleh pemain Belanda (Kompas, 21 Februari 1992).
Pada tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam negeri maupun luar negeri. Pertandingan yang dilakoni MVB di dalam negeri di antaranya daerah Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, dan klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedangkan pertandingan dilakoni MVB dari luar negeri adalah melawan kesebelasan dari Hongkong dan Australia (Palupi, 2004 : 36).
PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) sejak dulu dikenal sebagai tempat lahirnya pemain-pemain sepakbola yang muda dan berbakat. Pemain-pemain muda berbakat dan masuk dalam tim nasional Indonesia dari Makassar di antaranya Ramang, Suardi Arlan, Nursalam dan Maulwi Saelan. Pemain tersebut muncul dan berjaya diera tahun 1950-1970an. Pemain sepakbola yang berasal dari Makassar ini tumbuh dan dibesarkan dalam ciri khas sepakbola Makassar yang dikenal keras, lugas, dan pemberani. Sebuah gaya permainan sepakbola dari tradisi lapangan Karebosi (Kompas, 21 Maret 1992).
PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur menjadi kekuatan baru sepakbola Indonesia. Juara perserikatan yang diraih PSM dapat menjadikannya sebagai tim elite yang disegani oleh tim-tim lain. PSM lima kali meraih gelar juara perserikatan berturut-turut tahun 1957, 1959, 1965, 1966, dan tahun 1992. PSM juga diberi julukan sebagai Juku Eja yang artinya Ikan Merah. Julukan yang diberikan pada PSM tersebut berdasarkan pada warna kostum yang mereka kenakan yaitu warna merah (Pedoman Rakyat, 1 Maret 1992).
Peneliti tertarik menulis tentang PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) didasari atas beberapa alasan. Pertama, kurangnya penelitian tentang olahraga sepakbola khususnya tentang PSM (Persatauan Sepakbola Makassar). PSM merupakan tim sepakbola Makassar yang biasa disebut tim Ayam Jantan dari Timur. Pada tahun 1950-an pemain-pemain PSM dikenal memiliki permainan yang keras dan lugas serta pemberani. Hal inilah yang menjadikan PSM sebagai salah satu klub yang di segani oleh klub-klub lainnya.
Kedua, PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) dikenal memiliki pemain yang cukup terkenal ditahun 1950-an seperti Ramang, Nur Salam, Suardi Arlan dan Maulwi Saelan tetapi seakan-akan dilupakan oleh orang, bahkan orang Sulawesi Selatan sendiri masih banyak yang belum tahu pemain sepakbola Makassar yang cukup terkenal dan fenomenal itu sebut saja Ramang yang merupakan legenda sepakbola dari Timur yang seakan-akan terlupakan.
Ketiga, PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) mempunyai suporter yang cukup fanatik ketika PSM bertanding. Dengan semangat kecintaan mereka terhadap PSM mereka membentuk kelompok-kelompok seperti The Macz Man, Suporter Maccini United Bersinar Makassar (SMUBM), suporter RED GANK, suporter Pongtiku-Kalumpang-Cumi-Cumi (PKC) yang selalu mengikuti pertandingan yang dijalani oleh PSM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya , maka penulisan skripsi dengan judul “Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar Tahun 1950-2006” memunculkan berbagai persoalan yang kemudian peneliti rangkum dalam bentuk rumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang historis terbentuknya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) ?
2. Bagaimana perkembangan PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) pada masa Ramang ?
3. Bagaimana dinamika PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) pasca Ramang ?
4. Bagaimana respon masyarakat/suporter terhadap PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka ruang lingkup permasalahan skripsi ini dibatasi baik secara tematis, spasial maupun temporal. Hal ini disebabkan karena cakupan masalah dalam skripsi ini yang cukup kompleks dan agar penelitian ini lebih fokus pada titik persoalan sehingga dapat menjawab substansi permasalahan secara detail dan memadai.
Secara tematis, pembahasan makalah ini dimulai dari awal terbentuknya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) 2 November 1915 yang ketika itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Kemudian menceritakan perkembangan PSM pada masa Ramang yang berjaya pada tahun 1950-1970an dan pasca Ramang atau masuknya pemain-pemain asing. Selain itu juga menguraikan sikap masyarakat / suporter Sulawesi Selatan terhadap PSM.
Secara spasial karya ilmiah ini difokuskan untuk mengkaji tentang Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar dengan memfokuskan pada awal berdirinya pada tahun 1915 dengan pemainnya yang terkenal adalah Ramang diera tahun 1950-an. Kemudian mengkaji pula masuknya pemain asing yang bermain di PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) sampai pada suporter-suporter PSM yang mendukung mereka ketika bertanding.
Secara temporal, kajian ini lebih khusus mengkaji “Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar (1950-2006)” dengan pertimbangan pada masa tahun 1950 merupakan era kejayaan Persatuan Sepakbola Makassar dengan nama pemainnya yang cukup terkenal adalah Ramang. Diakhiri dengan masuknya pemain asing tahun 2003 akan tetapi masih kurang dan baru pada tahun 2006 pemain asing masuk ke Indonesia dan khususnya ke Makassar secara besar-besaran.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan pada rumusan masalah adalah untuk :
1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)
2. Menjelaskan perkembangan PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) pada masa Ramang
3. Menjelaskan dinamika PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) pasca Ramang
4. Menjelaskan respon masyarakat/suporter terhadap PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
E. Mamfaat Penelitian
Adapun mamfaat penelitian yang dapat diperoleh dari adanya penelitian tentang “Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar 1950-2006” adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan dengan adanya skripsi ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan acuan atau referensi bagi para peneliti khususnya mahasiswa sejarah yang ingin mengkaji lebih jauh tentang masalah PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
2. Untuk menambah pengetahuan khususnya dalam bidang olahraga dengan mengenal dekat sejarahnya khususnya persepakbolaan Makassar
3. Dapat dijadikan sebagai bahan dasar pengenalan awal kepada masyarakat tentang PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) dan diharapkan dapat menjadi bahan informasi terhadap arah kebijaksanaan yang akan ditempuh pemerintah dalam hal ini peningkatan kualitas persepakbolaan Indonesia pada umumnya dan persepakbolaan Makassar pada khususnya.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya tentang dinamika PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Penelitian Sebelumnnya
Tinjauan pustaka dalam suatu kegiatan ataupun laporan penelitian, dimaksudkan sebagai telaah pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian. Menurut Mestika 2004 ( Ardi 2007 : 12 ), “Penulusuran pustaka terutama dimaksudkan utnuk sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian atau proposal guna memperoleh informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis atau mempertajam metodologi”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tinjauan pustaka dapat berfungsi sebagai pendukung, penguat maupun pembenaran terhadap data yang ditemukan. Sejumlah teori yang dipaparkan juga bermamfaat alat pengurai untuk membedah setiap persoalan yang pada gilirannya ditemukan solusinya.
Mengenai masalah persepakbolaan khususnya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) belum banyak dikemukakan atau ditulis dalam bentuk buku oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian tentang sepakbola ditulis oleh Srie Agustina Palupi dengan judul “Politik dan Sepakbola”, akan tetapi dalam penjelasan bukunya, Agustina lebih banyak membahas persepakbolaan di Jawa tahun 1920-1942.
Biograpi Sang Legenda Sepakbola Rony Pattinasarany dengan judul “Dan, Saya Telah Menyelesaikan Pertandingan ini..” karangan Andreas J. Waskito. Tulisan Andreas lebih banyak membahas perjalanan hidup Ronny Pattinasarany dalam kariernya di dunia sepakbola. Buku “Makassar Nol Kilometer” yang merupakan kumpulan tulisan, khusus tulisan Muh. Nur Abdurrahman “Pengawal Pasukan Ramang”. Tulisan ini hanya menjelaskan para suporter PSM yang merupakn pendukung dan sekaligus pemberi semangat ketika PSM bertanding.
Tulisan lain tentang olahraga sepakbola adalah buku Maulwi Saelan yang berjudul “Sepakbola”. Dalam bukunya beliau lebih banyak menyinggung Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dimulai dari proses berdirinya, perkembangan persepakbolaan Indonesia. Selain itu juga sedikit mengulas mengenai sejarah lahirnya sepakbola dunia. Tulisan O.C Kaligis dan Associates “Hukum dan Sepakbola”, lebih banyak mengungkap sepakbola di mata ahli hukum, unsur-unsur sepakbola dan dunia sepakbola di Indonesia.
Selanjutnya tulisan tentang PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) lebih banyak diulas dalam surat kabar/koran. Ulasan itupun hanya terbatas pada pertandingan yang dilakoni PSM, pemain-pemain PSM, dan faktor pendanaan PSM. Jarang sekali yang mengulas tentang latar historis PSM, sehingga penulis termotivasi untuk menulis PSM yang nantinya menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
B. Pengertian Dinamika
Dinamika merupakan suatu perubahan secara besar maupun kecil atau perubahan secara cepat atau lambat artinya suatu kenyataan yang berhubungan dengan perubahan keadaan. Terkait dengan itu maka dinamika dapat diartikan sebagai perubahan baik itu merupakan peningkatan ataupun penurunan (Joesoyf,1986 : 2).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, (2001 : 89), dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Setiap kelompok terlibat adanya perubahan setiap saat baik secara besar-besaran maupun secara kecil atau perubahan itu secara cepat maupun lambat, di mana perubahan ini menyebabkan adanya perbedaan keadaan kelompok dengan keadaan sebelumnya.
Tujuan kelompok merupakan salah satu unsur dinamika kelompok. Cartwright dan Zander (1960) menyatakan bahwa tujuan kelompok merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan yang akan dicapai oleh suatu kelompok. Untuk itu diperlukan bersama-sama usaha dan upaya anggota kelompok.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dinamika adalah suatu perubahan yang terjadi dalam kelompok ataupun perhimpunan. Perubahan tersebut dapat dilihat pada dua aspek yakni pertama, perubahan ke arah peningkatan dan kedua, perubahan ke arah penurunan.
C. Pengertian Sepakbola
Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya sebagai penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menyentuh dengan menggunakan tangan (Sucipto, 2000 : 1).
pengertian lain tentang sepakbola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan biasa juga disebut kesebelasan (www;//defenisi bola newss.com).
Bagi Robert N. Bellah, seorang ahli sosiologi agama Amerika, mengatakan sepakbola bisa dipandang sebagai sebuah civil religion dalam arti olah raga ini mempunyai peraturan, ritual nilai dan pengikut fanatiknya seperti halnya agama. Tentunya agama dalam arti yang berbeda dengan nama agama yang dikenal masyarakat seperti Islam, Kristen, Hindu, Konghucu dan lain-lainnya.
Permainan sepakbola dalam pertandingan terdiri dari dua tim yang masing-masing berjumlah 11 orang. Kedua tim berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawan atau mencetak gol yang dikawal oleh penjaga gawang (kiper). Tim yang mencetak lebih banyak gol dikatakan sebagai pemenang. Lama pertandingan yakni selama 90 menit. Dalam pertandingan para pemain kecuali penjaga gawang tidak boleh menyentuh bola dengan tangan.
Dalam pertandingan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit yang mempunyai wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai dengan yang telah ditentukan. Dalam menjalankan tugasnya ia dibantu oleh dua orang asisten wasit yang biasa disebut dengan hakim garis. Setiap tim maksimal memiliki sebelas pemain, salah satunya adalah penjaga gawang.
Aturan lain dalam sepakbola bahwa pemain yang telah diganti tidak boleh kembali bermain dalam pertandingan tersebut. Lapangan yang digunakan biasanya adalah lapangan rumput yang berbentuk persegi empat. Dengan panjang 91.4 meter dan lebar 54.8 meter. Pada kedua sisi pendek, terdapat gawang sebesar 24 x 8 kaki, atau 7,32 x 2,44 meter (www;//defenisi bola newss.com).
Lama permainan sepakbola yang normal adalah 2×45 menit yang terdiri dari dua babak. Selain itu ditambah istirahat selama 15 menit. Apabila kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, sehingga sudah didapat pemenangnya, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti (www;//defenisi bola newss.com.
Kebanyakan pertandingan biasanya berakhir setelah selesai babak kedua dengan sebuah tim memenangkan pertandingan atau berakhir seri. Meskipun begitu, beberapa pertandingan, terutama yang memerlukan pemenang mengadakan babak tambahan yang disebut perpanjangan waktu apabila pertandingan berakhir dengan imbang. Apabila pertandingan berakhir dengan imbang maka diadakan perpanjangan waktu selama 15 menit.
Jika hasilnya masih imbang setelah perpanjangan waktu, beberapa kejuaraan mempergunakan adu penalti untuk menentukan sang pemenang. Ada juga kejuaraan lainnya yang mengharuskan pertandingan tersebut untuk diulangi. Perlu diperhatikan bahwa gol yang dicetak sewaktu babak perpanjangan waktu ikut dihitung ke dalam hasil akhir, berbeda dari gol yang dihasilkan dari titik penalti yang hanya digunakan untuk menentukan pemenang pertandingan. Wasit sebagai pengukur waktu resmi Wasit yang memimpin pertandingan 1orang dan di bantu 2 orang sebagai hakim garis. kemudian dibantu official wasit yang membantu apabila terjadi pergantian pemain
D. Unsur-Unsur Dalam Sepakbola
1. Pertandingan
Untuk melakukan permainan sepakbola ada berbagai unsur yang diperlukan. Sepakbola merupakan permainan tim yang membutuhkan banyak orang atau terdiri dari dua kesebelasan yang masing-masing tiap kesebelasan berjumlah 11 orang . Selain itu, ada juga peraturan-peraturan yang diperlukan agar permainan maupun pertandingan sepakbola dapat berlangsung dengan baik. Seperti hal yang paling penting adalah wasit yang memimpin jalannya pertandingan.
Salah satu tujuan Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) adalah menyelenggarakan kejuaraan dunia. Tujuan tersebut telah tercapai setelah suksesnya pertandingan olympiade tahun 1920 dan tahun 1924. Jules Rimet yang merupakan presiden FIFA sejak tahun 1921 mempunyai ambisi yang sangat tinggi atas kejuaraan dunia tersebut. Berkat ambisi dan peran sertanya itulah akhirnya trophy emas kejuaraan dunia dibuat dengan memakai namanya “Trophy Jules Rimet” (Kaligis, 2007 : 10).
Pada tahun 1930, Urugay adalah pemenang trophy Jules Rimet pertama, sekalipun penduduknya hanya 3.000.000 orang jika dibandingkan dengan Indonesia, yang berpenduduk 220 juta manusia). Kejuaraan dunia kedua berlangsung di Italia di bawah bayang-bayang propaganda fasisme. Dipimpin oleh manager bernama Vittorio Pozzo. Italia menjadi juara ketika itu di tahun 1934, dan kembali mempertahankan kemenangannya pada pertandingan selanjutnya di Prancis pada tahun 1938.
Sesudah perang dunia II (1939-1945), kemenangan diraih oleh negara Brasil. Kemenangan tersebut diraih pada kejuaraan dunia di Swedia pada tahun 1958, di Chili pada tahun 1962, dan di Meksiko pada tahun 1970. Hal ini membuat Brasil memboyong Trophy Jules Rimet ke negaranya sebagai pemilik tetap piala bergensi tersebut. Akan tetapi , kemenangan itu bukan tanpa melalui perjuangan panjang (www.sepakbola.newscom).
Brazil pernah mengalami kekalahan dalam melawan Uruguay pada tahun 1950. Parahnya lagi kekalahan tersebut terjadi di kandang mereka sendiri, yaitu stadion Maracana di Rio. Pada tahun 1954 Brazil kembali mengalami kekalahan melawan Hongaria dimana 3 pemain mereka diberi kartu merah dan menyebabkan keributan berlanjut sampai di kamar ganti (Palupi, 2004 : 31).
Namun prestasi Brazil belum dapat menyamai Hongaria yang hanya satu kali kalah dari Jerman Barat di tahun 1954 di final kejuaraan dunia untuk masa tahun 1949 sampai dengan 1955. Hongaria adalah kesebelasan asing pertama yang mengalahkan Inggris di kandangnya sendiri pada tahun 1963 dengan skor 6-3. Nasib serupa dialami Inggris di kejuaraan dunia 1950, dimana mereka kalah dari Amerika Serikat dengan skor 1-0.



2. Perwasitan
Sebagaimana penegakan kewibawaan kekuasaan kehakiman membutuhkan polisi, hakim dan penjaga/sipir penjara, maka dunia sepakbola juga butuh sanksi-sanksi agar aturan mainnya dipatuhi. Setiap pertandingan membutuhkan wasit. Ia bertugas mengawasi permainan, mencegah pelanggaran dan menghukum yang melakukan pelanggaran. Pemain yang melakukan pelanggaran diberi hukuman mulai dari kartu kuning, kartu merah, bahkan sampai menghentikan pertandingan. Penghentian pertandingan akibat pelanggaran berarti kekalahan untuk klub yang melakukan pelanggaran. Tentang berat/ringannya hukuman pelanggaran yang diterima tergantung dari penafsiran wasit atas aturan main yang telah ditentukan.
Keberadaan seorang/individu dalam permainan sepakbola tidak terlalu menjadi masalah yang dihebohkan seperti halnya keberadaan para pemain sepakbola. Akan tetapi apabila dalam pertandingan sepakbola berlangsung tanpa kehadiran seorang wasit maka permainan sepakbola tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Sebanyak 22 pemain dari dua tim yang mengejar bola yang hanya satu, akan saling sikut, tendang, terjang baku hantam bahkan hingga darah tertumpah. Di sinilah diperlukan keberadaan wasit untuk mengatur jalannya pertandingan.
Apabila tidak ada wasit berarti tidak ada otoritas kekuasaan berwibawa yang dipatuhi seluruh pemain. Selaku manusia biasa, para wasit pun tak luput dari kesalahan dalam menginterpretasikan aturan dalam memimpin jalannya pertandingan. Bukan tidak ada kontroversi dan kritik tajam dari berbagai kalangan atas kinerja wasit di lapangan. Meskipun keluhan banyak ditujukan kepada wasit dalam pertandingan dilapangan. Akan tetapi satu hal yang sangat menarik adalah para pemain sepakbola di lapangan hijau tunduk dan patuh atas keputusan wasit.
Kematangan berdemokrasi rupanya turut mempengaruhi pada perilaku pemain sepakbola di lapangan. Perbedaan pandangan dalam pertandingan sepakbola merupakan hal yang biasa tetapi tidak harus selalu berujung pada bentrokan fisik. Di sisi lain budaya hukum yang sudah inheren dan meresap dalam kehidupan keseharian pemain sepakbola turut mempengaruhi kepercayaan yang kuat terhadap performance atau penampilan seorang wasit.
Budaya hukum yang diwujudkan dalam kepercayaan bahwa penegak hukum dan aturan akan selalu berorientasi pada kebenaran. Hal tersebut terefleksikan dalam sikap patuh dan taat terhadap apapun keputusan wasit. Mereka meyakini bahwa apapun yang diputuskan oleh wasit tidak akan bertujuan semata menguntungkan pada salah satu pihak klub. Akan tetapi seiring dengan perkembangan sepakbola seorang wasit biasa juga cenderung menguntungkan pada salah satu klub. Hal ini dikarenakan ada sebagian wasit yang menerima suap dari klub.
Dengan anggapan yang demikian di atas, maka dapat dikatakan bahwa prilaku brutal pemain, pelatih, offisial tim, bahkan hingga penonton sendiri terhadap wasit yang memimpin pertandingan sepakbola di negeri ini dapat dimaklumi. Peraturan apapun dalam pertandingan sepakbola sebagian besar sudah diatur dan jumlahnya bahkan tidak sedikit.
Dampak daripada aturan dan hukuman diinterpretasi macam-macam sesuai dengan kepentingan siapa yang menafsirkannya. Seseorang yang memegang otoritas kekuasaan atau uang akhirnya menjadi penafsir paling menentukan. Jika situasi ketidakpercayaan terhadap hukum makin mengental, maka anarkisme yang menjadi keniscayaan. Di negara Eropa wasit amat disegani dengan modal kartu kuning dan merahnya. Dalam konteks luas, artinya sanksi hukum bagi siapa pun yang melanggar harus dipatuhi.


E. Kerangka Pikir
PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) merupakan salah satu klub sepakbola yang sejak dulu dikenal sebagai klub sepakbola yang memiliki pemain-pemain berbakat. Pemain-pemain PSM yang memiliki bakat dan berjaya pada tahun 1950- 1970an diantaranya Ramang, Suardi Arlan, Nursalam dan Maulwi Saelan. Sedangkan pemain-pemain PSM yang berbakat diera tahun 2000-an seperti Sayful Anam dan Syamsul Khaeruddin (Kompas, 21 Maret 1992).
Gaya permainan PSM di masa Ramang memiliki ciri khas yang dikenal keras, lugas, dan berani. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Kerajaan Gowa yang dikenal memiliki raja yang cukup berani dalam menentang Belanda pada masa penjajahan yakni Sultan Hasunuddin. Oleh karena keberanian tersebut PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) diberi julukan Ayam Jantan Dari Timur yang merupakan julukan yang diberikan oleh Belanda kepada Sultan Hasanuddin. PSM juga diberi julukan Juku Eja yang artinya Ikan Merah. Julukan yang diberikan tersebut berdasarkan pada warna kostum yang mereka kenakan ketika bertanding yaitu warna merah (Fajar, 26 Februari 1992).
Ramang adalah pemain legenda sepakbola Indonesia dari PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) yang terkenal pada tahun 1950-1970-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Ramang mulai memperkuat PSM di tahun 1947 yang pada waktu itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Ramang sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola anyaman rotan dalam permainan sepak raga sejak berusia 10 tahun (Fajar, 1 Maret 1992).
Prestasi Ramang yang merupakan pemain fenomenal Indonesia diperhitungkan dalam sepakbola Asia. Ramang dikenal sebagai penyerang haus gol. Ramang memang penembak lihai, dari sasaran mana pun, dalam keadaan sesulit bagaimana pun, menendang dari segala posisi sambil berlari kencang. Satu keunggulan yang masih diidamkan oleh setiap pemain bola kita hingga saat ini, terutama tembakan salto.
Kehebatan Ramang di lapangan sepakbola yang menjadi pemain terkenal sehingga tidak heran jika di tahun 1950-an, banyak bayi lelaki yang lahir kemudian diberi nama Ramang oleh orang tuanya. Kejayaan Ramang ternyata cukup singkat, tahun 1960 ia dijatuhi skorsing. Ramang dituduh makan suap. Pada tahun 1962 ia dipanggil kembali, tapi pamornya sudah berkurang. Pada tahun 1968 dalam usianya yang 40 tahun Ramang bermain untuk terakhir kalinya membela kesebelasan PSM di Medan yang berakhir dengan kekalahan (Waskito, 2009 : 22).
The Macz Man adalah salah satu dari banyak klub suporter PSM yang ada di Makassar. Kelompok yang menghimpun tidak kurang dari 5000-an orang suporter ini lebih terorganisir jika dibanding klub suporter lain yang ada di Makassar. Setiap bulannya dipungut iuran sebesar Rp1.000 dari setiap anggota. Dana yang terkumpul akan dipakai untuk keperluan-keperluan kegiatan The Macz Man dan untuk membantu anggota yang mengalami musibah (Rachman, 2005 : 20).
Suporter PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) mempunyai banyak karakter dalam mendukung tim kesayangannya. Ada yang menyanjung-nyanjung, ada pula yang meneror pemain yang mainnya jelek. Baik itu dengan cara mengolok-olok pemain atau melempar dengan botol minuman mineral. Semuanya itu punya maksud baik yakni ingin PSM menang. Suporter tim yang kerap juga disebut Pasukan Ramang itu mau mengakui kemenangan tim lawan jika mainnya lebih bagus dari PSM. Sebaliknya, PSM disalahkan kalau mainnya buruk.


Dari uraian tinjauan pustaka tersebut di atas maka akan digambarkan kerangka pikirnya adalah sebagai berikut :


















Gambar : 1 Skema Kerangka Pikir











BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini membahas tentang olahraga persepakbolaan, khususnya membahas PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Daerah penelitian terhadap obyek yang akan diteliti oleh peneliti yakni di Makassar karena tempat atau markas Persatuan Sepakbola Makassar ada di Makassar atau di tempat latihan dan bertanding pemain-pemain PSM yakni lapangan Karebosi dan lapangan Mattoangin.
Adapun waktu penelitian yang digunakan oleh peliti untuk merampungkan skripsi ini dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2009, dimana waktu tersebut dimanfaatkan oleh peneliti dengan seoptimal mungkin untuk memperoleh data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan judul atau pembahasan peneliti. Hal ini akan mempermudah peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang sifatnya deskriptif analisis dengan tujuan untuk menemukan, mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara analisis terhadap bagian-bagian yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah. Pertama, latar belakang berdirinya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Kedua, pemain sepakbola Ramang yang terkenal tahun 1950-an. Ketiga, masuknya pemain-pemain Asing di PSM. Dalam hal ini terjadi perubahan pada Persepakbolaan Makassar dengan masuknya pemain Asing untuk peningkatan kualitas baik dari segi pemain maupun permainan PSM. Keempat, para suporter Persatuan PSM yang selalu memberikan dukungan ketika timnya bertanding.
Bila melakukan penelitian sejarah, maka lazimnya sama dengan melakukan segala kegiatan yang dilakukan pada semua metode penelitian ilmiah lain. Namun ada beberapa patokan pada prosedur khusus yang dilakukan dalam penelitian yang berhubungan dengan Sejarah. Hal ini dikarenakan metode historis mempunyai perbedaan yang khas dari kegiatan ilmiah lainnya. Perbedaannya terletak pada waktunya yang sulit untuk memahami masa lampau dan masa yang akan datang, untuk itu dalam menafsirkannya perlu kehati-hatian.
Untuk itu dalam penggunaan metode penelitian sejarah harus memperhatikan aspek permasalahan, ketersediaan sumber dan kerangka analitis yang dijadikan landasan penelitian. Metode dalam penelitian Sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber Sejarah secara sistematis, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis secara tertulis.
Gottschalk (1986) mengemukakan, bahwa metode Sejarah adalah suatu prosedur menyusun detail-detail dari dokumen-dokumen otentik yang disintesiskan menjadi suatu kisah yang saling berhubungan. Selanjutnya Gilbert (1994) mengemukakan bahwa metode Sejarah adalah seperangkat asas dan kaidah sistematis yang diubah untuk membantu secara efektif dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis dan menyajikan suatu sistem hasil yang dicapai, pada umumnya dalam bentuk tertulis.
Adapun menurut Notosusanto (1990) metode penelitian historis meliputi 4 tahapan yaitu; pertama, heuristik yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau. Kedua, kritik yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupun isinya. Ketiga, interpretasi merupakan penetapan makna dan saling hubungan dari pada fakta-fakta yang diperoleh itu. Keempat, historiografi (penyajian) adalah penyampaian sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode sejarah merupakan suatu cara/teknik dalam merekontruksi peristiwa masa lampau. Karena penelitian ini adalah penelitian Sejarah, maka proses penyajiannya dilakukan berdasarkan pada 4 tahap adalah sebagai berikut:
1. Heuristik yaitu menghimpun/mengumpulkan data dari masa lampau
2. Kritik yaitu memberikan kritik kepada data-data yang telah dikumpulkan tadi, kritik ada dua macam yakni kritik internal dan kritik eksternal
3. Interpretasi, adalah memberikan penafsiran terhadap data yang telah didapat melalui tahap kritikan.
4. Penyajian (Historiografi) atau penulisan sejarah yaitu membuat sintesa setelah melalui tahapan-tahapan diatas dengan menyajikannya dalam bentuk laporan.
C. Teknik Pengumpulan Data ( Heuristik )
Heuristik merupakan langkah awal dalam penulisan kisah sejarah. Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang sesuai dengan topik kajian yang akan diteliti yaitu Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar tahun 1950-2006. Adapun data/sumber yang dibutuhkan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu sumber tertulis, lisan, dan benda/foto-foto.
Banyak tempat yang telah dikunjungi penulis untuk mencari sumber yang relevan, seperti Balai Kajian, Perpustakaan Universitas Hasanuddin, Perpustakaan Universitas Negeri Makassar, Perpustakaan Jurusan Pend. Sejarah, dan toko-toko buku. Untuk kelengkapan sumber peneliti melakukan kajian pustaka yang lebih mendalam tentang surat kabar seperti fajar, pedoman rakyat dan majalah yang berkenaan dengan topik penelitian.
Mengenai sumber lisan, peneliti telah melakukan wawancara dengan para informan, baik dari informan kunci maupun informan pelengkap. Mengenai sumber benda, peneliti telah megunjungi Sekteratiat PSM guna melihat sendiri foto-foto tentang pemain-pemain PSM. Dalam observasi tersebut, peneliti akan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh para pengurus dan pemain PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
Pengenalan awal terhadap objek kajian dilakukan melalui studi kepustakaan (library research) dengan mengkaji beberapa sumber seperti buku-buku, skripsi, majalah, surat kabar ataupun bentuk tulisan lainnya yang berkaitan dengan objek kajian. Dari bahan pustaka tersebut, kemudian peneliti memperoleh gambaran tentang PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
Pemahaman mengenai objek kajian akan membawa peneliti untuk lebih lanjut melakukan penelusuran terhadap sumber-sumber dokumen dan sumber lisan yang relevan dengan penelitian ini. Sumber lisan yang dimaksud adalah sumber yang peneliti peroleh melalui teknik wawancara dengan para informan. Baik dari informan kunci yang banyak mengetahui tentang terbentuknya PSM, pemain sepakbola Ramang, pemain-pemain Asing PSM, dan suporter-suporter PSM.
Begitupula dari informan pelengkap yang dapat memberikan masukan lain kepada peneliti agar mampu meneliti seobjektif mungkin terhadap permasalahan yang peneliti kaji. Untuk lebih memahami objek kajian, peneliti mengadakan observasi langsung ke lapangan, mencari segala data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi nantinya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahapan ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan peneliti menempuh dua cara yaitu observasi dan wawancara.
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi pada para pengurus dan pemain-pemain Persatuan Sepakbola Makassar. Pengamatan atau observasi dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan lain sebagainya.
Dalam menafsirkan suatu peristiwa sangat mendapat pengaruh dari hasil pemikiran peneliti. Oleh sebab itu, diperlukan metode wawancara agar peneliti dapat mengetahui tentang persepsi langsung tentang kondisi PSM (Persatuan Sepakbola Makassar yang sangat erat dengan keadaan yang sebenarnya .
b. Wawancara
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap orang yang dianggap berkompeten didalam objek kajian yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara terhadap para pengurus, pemain, pelatih dan suporter PSM atau melalui masyarakat setempat untuk mengetahui keberadaan PSM yang sesuai dengan apa adanya atau dengan kata lain sesuai dengan yang sebenarnya.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti, pada dasarnya bertujuan menciptakan hubungan yang bebas dan wajar dengan informan. Hal ini dimaksudkan agar para informan tidak merasa terpaksa memberi data yang diperlukan oleh peneliti. Hasil wawancara tersebut peneliti dapat merekam dan menulisnya untuk selanjutnya ditulis pada penyusunan skripsi ini. Peneliti juga menggunakan dokumentasi penelitian agar data yang diperoleh peneliti bersifa obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.
Wawancara berencana dan terbuka sesuai dengan fungsinya, yaitu disusun untuk mengumpulkan informasi berdasarkan kategori dari berbagai informan. Disebut berencana karena permasalahan yang diajukan memiliki karakteristik yang sama, walaupun informan berbeda-beda.


2. Metode Kepustakaan
Pengumpulan sumber tertulis yakni berupa penyelidikan atas buku-buku yang relevan dengan judul/pembahasan yang akan dikaji peneliti. Penggunaan bahan buku dilakukan karena ketersediaan sumber tertulis yang dapat diperoleh pada badan Arsip Sulawesi Selatan, perpustakaan daerah Sulawesi-Selatan, perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah UNM, perpustakaan UNM, dan data dari internet. Pengumpulan sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara pencatatan dan penggadaan (Foto copy) sehingga memudahkan didalam pengecekannya.
D. Kritik Sumber
Pada tahap ini, sumber yang telah diperoleh pada kegiatan heuristik kemudian diseleksi dalam hal bentuk maupun isinya. Jadi data yang telah diperoleh pada tahap heuristik masih harus diragukan kebenarannya sehingga masih perlu dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik luar (kritik ekstern) dan kritik dalam (kritik intern) sebagai upaya untuk menghilangkan kesaragu-raguan dan menemukan fakta yang obyektif dari judul/pembahasan akan dikaji oleh peneliti itu sendiri.
Kritik ekstern (kritik luar) dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, apakah sumber tersebut valid, asli, turunan, atau merupakan duplikat dari yang asli. Setelah data selesai dikritik dari proses kritik ekstern, kemudian diperlukan kritik intern (kritik dalam) yang menyeleksi isi data, apakah data tersebut valid atau tidak. Jadi dalam hal ini fakta merupakan data yang telah terseleksi. Setelah data berubah tingkat kevaliditasnya menjadi sebuah fakta sejarah. Fakta-fakta tersebut kemudian harus digolongkan lagi antara yang dibutuhkan atau berhubungan dengan objek kajian dengan data yang tidak diperlukan sehingga harus diseleksi.

E. Interpretasi
Setelah ditemukan fakta-fakta yang relevan, tahap selanjutnya yaitu menginterpetasikan fakta-fakta yang beragam dan bahkan berdiri sendiri, untuk dijadikan suatu kisah sejarah yang utuh. Di sinilah interpretasi sering disebut juga sebagai penyebab timbulnya subjektivitas dalam menuliskan suatu peristiwa sejarah. Oleh karena itu peneliti dituntut seobyektif mungkin dalam melihat kejadian/peristiwa.
“Dalam proses interpretasi sejarah, peneliti harus mencapai faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa” (Abdurrahman, 2007:74). Faktor-faktor yang dimaksud dapat diperoleh dengan mengetahui tentang masa lalu objek kajian atau dengan membandingkannya dengan objek lain yang relevan. Bukan hal yang tidak mungkin, faktor penyebab suatu peristiwa untuk menjadi akibat dari peristiwa yang lainnya, sehingga terjadilah hubungan sebab akibat (kausalitas). Hal yang lain bahwa tidak semua fakta sejarah tersebut penting untuk dimasukkan sebagai sumber yang relevan, perlu analisis oleh peneliti sebagai subyek agar bisa berlaku seobyektif mungkin.
F. Historiografi
Tahap ini merupakan langkah terakhir dari seluruh rangkaian metodologi penelitian sejarah. Pada tahapan ini peneliti telah berusaha untuk memahami realitas sejarah yang terjadi sehingga dapat mengisahkan tentang sejarah PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) secara kronologis dan menghubungkan antara faktor-faktor yang turut mempengaruhinya. Tidak hanya sampai di situ, peneliti kemudian menggunakan daya imajinasinya dalam merangkai kata dari fakta-fakta yang telah diperoleh dalam bentuk lapaoran/skripsi. Karya dengan tahapan metode yang demikianlah yang akan membedakannya dengan dengan karya-karya ilmiah lainnya.

BAB IV
SEKILAS TENTANG SEPAKBOLA INDONESIA
A. Awal Mula Berdirinya PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) didirikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. PSSI merupakan organisasi olahraga yang dilahirkan di zaman penjajahan Belanda. Kelahiran PSSI (Sepakbola Seluruh Indonesia) terkait dengan kegiatan politik dalam menentang penjajahan Belanda. Pada tahun 1940-an yakni 5 tahun pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menunjukkan bahwa PSSI lahir karena didorong oleh para politisi bangsa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menentang penjajahan. Hal tersebut dimaksudkan dengan strategi untuk menumbuhkan benih-benih nasionalisme di dalam diri pemuda-pemuda Indonesia (Kaligis, 2007 : 16).
Adapun nama-nama perkumpulan sepakbola pada masa lahirnya PSSI yang menggunakan nama Belanda menurut Maulwi Saelan (1967 : 52) antara lain :
a. Voetbalbond Indonesische Jakarta (V.I.J)
b. Bandoengsche Indonesische Voetbalbond (B.I.V.B)
c. Persatuan Sepakbola Mataram (P.S.M)
d. Vorstenlandsche Voetbalbond (V.V.B)
e. Madioensche Voetbalbond (M.V.B)
f. Indonesische Voetbalbond Magelang (I.V.B.M)
g. Soerabajasche Indonesische Voetbalbond (S.I.V.B)

PSSI lahir di dukung oleh golongan pimpinan gerakan nasional Indonesia sebagai follow up dari sumpah pemuda tahun 1928. Oleh karena itu PSSI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari gerakan kebangsaan Indonesia. Tujuan khususnya adalah untuk memperkokoh kesatuan bangsa melalui pengorganisasian sepakbola secara nasional.
PSSI di prakarsai oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikan di sekolah teknik tinggi di Heckelemburg. Setelah berhenti di tempat perusahaan ia bekerja yakni “Sizten Lausada” ia lebih banyak aktif dibidang pergerakan. Selain itu sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepakbola, Soeratin menyadari sepenuhnya untuk mengimplementasikan apa yang sudah diputuskan dalam pertemuan para pemuda 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat bahwa sepakbola sebagai wahana terbaik untuk menumbuhkan nasionalisme dikalangan pemuda sebagai tindakan menentang Belanda (Sucipto, 2000 : 10).
Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut Soeratin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola di Solo, Yogyakarta dan Bandung. Maka diputuskanlah suatu gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi persepakbolaan kebangsaan. Keputusan Soeratin bersama dengan tokoh-tokoh sepakbola lebih dimatangkan lagi bersama dengan tokoh pergerakan nasional seperti Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara di kota lainnya dilakukan kontak pribadi atau kurir seperti dengan Soediro di Magelang yang ketika itu menjabat sebagai ketua asosiasi muda.
Pada tanggal 19 April 1930 berkumpullah para wakil rakyat. berkat pertemuan tersebut maka, lahairlah PSSI (Poersatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia) nama PSSI ini diubah dalam kongres PSSI di Solo 1950 menjadi persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang juga menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umum PSSI (Berita Yudha, 1992 : 1).
Setelah PSSI terbentuk, Soeratin segera menyusun program yang pada dasarnya menentang berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah Belanda melalaui NIVB. PSSI melahirkan “stridij program” yakni program perjuangan seperti yang dilakukan oleh partai dan organisasi massa yang telah ada. Kepada setiap bonden/perserikatan diwajibkan melakukan kompetisi internal untuk staraf I dan II.
Kegiatan sepakbola kebangsaan yang digerakkan oleh PSSI kemudian menggugah motivasi Paku Buwono X. Hal ini karena semakin banyaknya rakyat persepakbolaan dijalan-jalan, tempat-tempat dan dialun-alun, dimama kompetisi I perserikatan diadakan. Paku Buwono X kemudian mendirikan stadion Sriwedari lengkap dengan lampu, sebagai apreseasi terhadap kebangkitan “sepakbola kebangsaan” yang digerakkan PSSI.
Stadion itu diresmikan Oktober 1933. Dengan adanya stadion Sriwedari ini kegiatan persepakbolaan semakin gencar. Lebih jauh Soeratin mendorong pula pembentukan badan olahraga nasional agar kekuatan olahraga pribumi semakin kokoh melawan dominasi Belanda. Tahun 1938 berdirilah Ikatan Sport Indonesia (ISI) yang kemudian menyelenggarakan pekan olahraga pada 15 -22 oktober 1938 di Solo. Karena kekuatan dan kesatuan PSSI yang lama bertambah akhirnya NIVB pada tahun 1936 berubah menjadi Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU) dan mulailah dirintis kerjasama dengan PSSI. Sebagai tahap awal NIVU mendatangkan tim Austria yaitu “Winner Sport Club” pada tahun 1936 (Kaligis, 2007 : 19 ).
Pada tahun 1938 atas nama Dutch East Indies, NIVU mengirimkan timnya ke piala dunia di tahun 1938. Namun para pemainnya bukanlah berasal dari PSSI melainkan dari NIVU walaupun terdapat 9 orang pemain pribumi/Tionghoa. Hal tersebut adalah sebagai aksi protes Soeratin, karena beliau menginginkan adanya pertandingan antara tim NIVU dan PSSI terlebih dahulu dengan perjanjian kerjasama antara mereka, yakni perjanjian kerjasama yang disebut “gentlemen’s agreement” yang ditanda tangani oleh Soeratin (PSSI) dan Mastebroek (NIVU) pada 5 januari 1937 di Yogyakarta. Selain itu Soeratin juga tidak menghendaki bendera yang dipakai adalah bendera NIVU (Belanda). Dalam kongres PSSI 1938di Solo Soeratin membatalkan secara sepihak perjanjian dengan NIVU tersebut (Palupi, 2004 : 53).
Soeratin mengakhiri tugasnya di PSSI sejak tahun 1942 setelah sempat menjadi ketua kehormatan antara tahun 1940-1941 dan terpilih kembali ditahun 1942. Masuknya bala tentara Jepang ke Indonesia menyebabkan PSSI pasif dalam berkompetesi karena Jepang memasukkan PSSI sebagai bagian dari Tai Iku Kai, yakni badan keolahragan bikinan Jepang. Kemudian masuk pula menjadi bagian dari gelora di tahun 1944 dan baru lepas otonom kembali dalam kongres PORI III di Yogyakarta di tahun 1949 (Saelan, 1967 : 24).
B. Masyarakat Bumiputra dan Sepakbola
Jawa pada abad ke XX sangat erat kaitannya dengan sepakbola yang berkembang di Jawa dan dibagian Timur yakni Sulawesi. Alasan sosial, politis dan ekonomis menjadi suatu hal yang dapat membantu menjelaskan perkembangan sepakbola bumiputera jauh tertinggal dengan sepakbola kelompok lain. Seperti sepakbola Tionghoa, keturunan Eropa dan kelompok-kelompok pendatang lainnya (Palupi, 2004 : 33).
Dari sisi politis sepakbola memberikan ruang bagi kolaborasi antara hiburan dan usaha perjuangan akan nasionalisme politik Indonesia. Pemerintah kolonial awal abad XX belum bisa melepaskan persepsi penduduk bumi jajahan (inlander) bagi bumiputera yang jauh dari kesan layak untuk mendapat perhatian serius dan kecurigaan akan membuat kerusuhan selalu diantisipasi dengan larangan-larangan bekumpul (rust en orde). Kondisi ini memberikan ruang bagi perkembangan sepakbola berkolaborasi dengan aktivitas politik.
1. Relasi Sosial
Sejalan dengan perubahan sosial yang diperjuangkan oleh para pendukung politik Etis (politik balas budi) Belanda mulai menerapkannya dari tahun 1900-1925, maka bidang pendidikan mengalami perkembangan. Pemerintah Hindia Belanda tidak hanya mengupayakan kemajuan pendidikan bagi anak-anak pejabat, pegawai dalam perusahaan Belanda dan pegawai pemerintah Hindia Belanda serta anak-anak para bupati dan bangsawan bumiputera yang telah mempunyai pemikiran maju tetapi juga mengusahakan pengajaran bagi anak-anak kebanyakan (Saelan, 1967 : 14).
Sistem pendidikan yang diterapkan secara keseluruhan bercorak Barat. Beberapa mata pelajaran yang penting diberikan secara bersamaan seperti; matematika dan ilmu pengetahuan lainnya. Dari mata pelajaran tersebut diharapkan anak-anak bumiputera dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan jasmani baru diberikan pada saat sekolah-sekolah bagi anak Eropa semakin berkembang. Beberapa latihan jasmani yang diberikan antara lain : senam, atletik, permainan kasti, bola bakar, sepakbola dan bola tangan. Permainan yang diajarkan di sekolah-sekolah dasar pada waktu itu ialah kasti dan bola bakar serta bermacam-macam permainan kanak-kanak yang berasal dari negeri Belanda seperti go back to door dan zodag mandag. Permainan kasti dan bola bakar sejenis permainan lapangan dengan cara mengunci atau mencegah lawan agar tidak mampu berlari menerobos garis. Sekolah tingkat menengah tinggi seperti MULO, AMS, HBS, dan HIK, diajarkan berbagai permainan atletik. Adapun permainan yang disukai oleh pelajar-pelajar di kedua tingkat tersebut adalah sepakbola, bola tangan dan bola keranjang atau korfbal (Sucipto, 2000 : 15).
Guru-guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah Eropa semula adalah bintara-bintara militer Belanda yang diambil dari Netherland. Salah satunya adalah Minkema yang merupakan perwira Angkatan Laut kerajaan Belanda ini mengajar Gymnastic kepada perwira, bintara Angkatan Darat, dan guru sekolah di daerah Malang. Mereka dibantu oleh Dr. Claessen yang berijazah guru latihan jasmani untuk sekolah menengah. Pada tahun 1920 Dr. Minkema berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat pusat di Jakarta untuk membentuk biro pengembangan dan hiburan pada departemen pertanahan (Palupi, 2004 : 35).
Pada tahun 1922 di Bandung di buka sekolah olahraga dan gymnastic militer yang juga mendidik calon-calon guru olahraga yang akan mengajar pendidikan jasmani di sekolah-sekolah desa, sekolah kelas satu dan HIS. Mereka yang memenuhi persyaratan atau dapat menyelesaikan ujian mata pelajaran dalam kursus tiga sampai empat bulan secara baik mereka dapat mengajar pendidikan jasmanidi sekolah-sekolah tersebut sesuai dengan akta J yang mereka pegang. Untuk mengajar di sekolah normal dan Kweekschool para pemegang akta pemula harus menempuh kursus selama satu setengah sampai dua tahun sebelum memperoleh akta S atau akta untuk lanjut (Sucipto, 2000 : 18).
Dari tahun ke tahun jumlah anak yang memperoleh pendidikan semakin meningkat. Perubahan-perubahan sosial yang diharapkan dari pendidikan mulai menampakkan gejala yang menggembirakan. Banyak orang bumiputera yang mulai terlibat dalam pembangunan industri, pertanian, infrastruktur maupun berbagai kedinasan bagi bermacam-macam pelayanan masyarakat. Keterlibatan orang-orang Indonesia dalam bidang sosial, ekonomi dan pemerintahan tersebut menciptakan golongan professional yang tumbuh sebagai golongan baru dalam stratifikasi sosial masyarakat tradisional.
Berkat pendidikan yang diperoleh maupun posisi sosialnya, golongan professional ini mampu memperlebar gerak sosialnya. Selama bekerja mereka memperoleh kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang dari berbagai daerah dan kebudayaan lain. Akibatnya selain memperbanyak relasi juga menyadarkan mereka akan harga diri dan keadaan yang serba terbelakang pada masyarakatnya. Kesadaran tersebut tersebut menimbulkan aspirasi untuk mencapai kemajuan yang mereka menganggap sebagai hak masyarakatnya.
2. Perubahan Politik
Semangat nasionalisme Indonesia mulai bangkit dan memperlihatkan kekuatannya terhadap penjajah Belanda pada permulaan abad XX. Aktivitas nasionalisme terkonsentrasi di kota-kota besar Indonesia. Perlakuan dan sikap pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia selama berabad-abad memperluas timbulnya semangat tersebut. Selain sikap diskriminasi dalam bidang sosial dan ekonomi bidang pendidikan putra-putri Indonesia juga mengalami sikap diskriminasi yang dilakukan oleh Belanda.
Walaupun demikian pendidikan yang mereka peroleh telah membangkitkan semangat baru untuk mengusir penjajah. Mereka secara serentak menerima tanggung jawab menjadi pemimpin dan organisator semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Perkembangan komunikasi yang semakin lancar mempercepat rakyat untuk mengetahui keadaan politik Belanda. Akibatnya segala kelemahan dan kebobrokan pemerintah Belanda semakin jelas terlihat oleh rakyat biasa dan kaum terpelajar bumiputera.
Keadaan yang demikian dengan cepat menggugah semangat kebangsaan dan melahirkan nasionalisme yang tinggi dikalangan rakyat untuk mengubah nasib mereka lepas dari cengkeraman penjajah. Kebangkitan itu tidak hanya dalam bidang politik, ekonomi, religius maupun kultural tetapi juga bidang sosial dan olahraga termasuk di dalamnya.
Perasaan tidak suka dominasi Belanda dalam olahraga sepakbola muncul sejak tahun 1908 bersamaan dengan lahirnya organisasi pergerakan nasional Boedi oetomo yang dianggap sebagai manifestasi lahirnya jiwa nasionalisme. Selain itu juga terbentuk badan olahraga dimana sepakbola sebagai salah satu cabangnya. Untuk memajukan bidang ini setiap dilaksanakan suatu konferensi diadakan pula pertandingan sepakbola. Olah raga ini tidak saja sebagai latihan fisik tetapi juga sebagai latihan dan pendidikan mental, kesadaran akan kepentingan bersama untuk melepaskan diri dari dominasi pemerintah Hindia Belanda (Ricklefs, 2005 : 242).
Pembentukan Volksraad (lembaga pemerintahan) pada tahun 1916 memberi peluang kepada intelektual bumiputera yang mewakili rakyat Indonesia bertemu dan menyatukan tekad. Mereka memikirkan masalah yang dihadapi oleh rakyat Indonesia dan lebih jauh adalah memikirkan cita-cita nasional yakni memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada dekade ke-20 perkembangan nasionalisme mengalami peningkatan. Ide kebangsaan bukan saja menjangkau partai-partai politik melainkan juga organisasi-organisasi pemuda yang menginginkan suatu wadah yang berupa perhimpunan dan federasi karena mereka mengerti bahwa melalui wadah yang satu gerakan kebangsaan menjadi kuat (Kartodirdjo, 1999 : 37).
Untuk merealisasikan hal yang demikian, para pelajar dan mahasiswa serta anggota beberapa organisasi yang tergabung dalam Pemuda Pelajar Indonesia (PPI) menyelenggaraan kongres pemuda I pada bulan Mei tahun 1926. Kongres yang bertujuan untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit berdasarkan daerah dan ingin menciptakan kesatuan seluruh bangsa Indonesia itu, disusul dengan kongres II pada tanggal 26-28 Oktober 1928. Kongres ini merupakan puncak integrasi ideologi nasional dan merupakan peristiwa yang belum pernah terjadi. Tidak dapat disangkal bahwa kongres ini membawa semangat nasionalisme ke jenjang yang lebih tinggi karena mereka yang akan datang mengucapkan sumpah : satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yakni Indonesia (Frederick, 1982 : 183).
Semangat kebangsaan dan kemerdekaan yang telah dibangkitkan oleh sumpah pemuda mampu menanamkan semangat nasinalisme pada pemain-pemain sepakbola yang tergabung dalam organisasi Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, dan Boedi Oetomo. Keadaan tersebut juga mendorong pemimpin gerakan kebangsaan dan tokoh-tokoh sepakbola untuk mendirikan perkumpulan sepakbola yang bercorak nasional.
Pada akhir dasawarsa kedua abad XX aksi-aksi yang dilancarkan oleh organisasi-organisasi pergerakan nasional semakin gencar dan radikal. Keadaan ini menyebabkan pemerintah kolonial Hindia Belanda merasa terancam kedudukan dan otoritasnya sehingga melakukan tindakan tegas dengan melarang keinginan berkumpul dan membatasi kebebasan berbicara, serta mengekang kegiatan antara pemimpin dan aktivitas pergerakan.
3. Situasi Ekonomi
Pada awal pelaksaanan politik etis, kondisi hidup rakyat bumiputera sangat memprihantikan. Taraf kehidupan rakyat begitu rendah. Keterampilan, pendidikan dan cara berorganisasi sangat jauh tertinggal. Kehidupan penduduk bumiputera jauh merosot, jika sebelumnya sebagai petani, saat itu menjadi buruh kasar dan kuli kontrak. Dengan keadaan yang demikian itu bangsa bumiputera tak dapat menyaingi kelas masyarakat menengah Tionghoa dan Arab maupun kelas Eropa.
Hal tersebut memang diciptakan Belanda melalui eksploitasi dan diskriminasi, Belanda dapat memperoleh kedudukan yang menguntungkan. Kepentingan kaum kapitalis lebih mendapat prioritas utama daripada kepentingan rakyat jajahan. Meskipun pemerintah telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia, serta pembangunan irigasi, sarana komunikasi, dan pembentukan dinas pertanian, perikanan, kerajinan, kesehatan dan peternakan telah disetujui, tetapi tidak berjalan dengan baik.
Pengalaman-pengalaman yang mengecewakan sebagai akibat sistem sosial-ekonomi yang menghalangi usaha perekonomian bangsa Indonesia mendorong timbulnya solidaritas yang diwujudkan dalam berbagai bentuk reaksi terhadap orang asing terutama orang-orang Tionghoa. Kebencian rakyat bumiputera terhadap orang-orang Tionghoa tersebut terutama muncul karena monopoli orang-orang Tionghoa dalam kegiatan bisnis perdagangan.
Padahal pada saat yang sama aktivitas bisnis perdagangan bumiputera semakin menurun. Hal ini mendorong organisasi-organisasi pergerakan seperti Sarekat Islam (SI) untuk memajukan perdagangan dan melindungi kebutuhan-kebutuhan material rakyat agar kehidupan ekonomi mereka meningkat. Usaha-usaha Sarekat Islam yang bersifat ekonomi menyebabkan organisasi-organisasi lain misalnya Boedi Oetomo (BO) dan perkumpulan bupati menjadi lebih peka terhadap masalah-masalah ekonomi.
Para peserta kongres-kongres yang diadakan Boedi Oetomo, Sarekat Islam dan perkumpulan bupati selalu mengkritik situasi sosial-ekonomi yang menyedihkan. Tak beberapa lama kemudian perjuangan ekonomi memperlihatkan sifatnya sebagai gerakan massa yang kemudian terpengaruh atas pergerakan politik dan mencapai klimaksnya pada pemberontakan komunis tahun 1926 (Kartodirdjo, 1999 : 74)
Sementara rakyat belum pulih sepenuhnya akibat pemberontakan komunis 1948. Depresi ekonomi yang melanda negara-negara industri dan non industri pada tahun 1920 juga berpengaruh di Indonesia. Depresi ekonomi tersebut mengakibatkan sejumlah perusahaaan Barat mengalami penyusutan, areal tebu pun produksinya ikut menurun. Pengurangan terjadi pula pada pegawai dan buruh musiman. Banyak diantara mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja. Kesulitan makin bertambah dengan turunnya harga barang kebutuhan hidup, termasuk harga beras. Sehingga penghasilan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
C. Perkembangan PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)
Pasca Soeratin, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetesi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima disemua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina Tim Nasional (TIMNAS) dengan baik, menghabiskan dana miliaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Tim Nasional (TIMNAS), tidak cukup hanya dengan membina TIMNAS itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu : kompetesi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetesi nasional kita telah tertinggal.
Padahal diera sebelum tahun 1970-an banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing ditingkat international sebut saja era Ramang dan Tang Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani. Seperti yang yang terdapat dalam buku Kaligis (2007 : 40), bahwa PSSI telah memperluas jenis kompetesi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri terdiri dari :
a. Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
b. Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir
c. Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir
d. Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir
e. Kelompok umur yang yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain :
1. Di bawah usia 15 tahun (U-15)
2. Di bawah usia 17 tahun (U-17)
3. Di bawah usia 19 tahun (U-19)
4. Di bawah usia 23 tahun (U-23)
5. Sepakbola wanita
6. Futsal
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) mewadahi pertandingan-pertandingan yang terdiri dari pertandingan di dalam negeri yang diselenggarakan oleh pihak perkumpulan atau klub sepakbola, pengurus cabang, pengurus daerah yang dituangkan dalam kalender kegiatan tahunan PSSI sesuai dengan program yang disusun oleh PSSI. Pertandingan di dalam negeri yang diselengarakan oleh pihak ketiga harus mendapat izin dari PSSI seperti pertandingan dalam rangka Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan Pekan Olahraga Nasional (PON). Pertandingan-pertandingan lainnya mengikutsertakan peserta dari luar negeri dengan izin PSSI.
Kepengurusan PSSI telah sampai pada kepengurusan tingkat daerah-daerah diseluruh Indonesa. Hal ini membuat sepakbola Indonesia semakin menjadi olahraga dari rakyat dan untuk rakyat. Dalam perkembangannya PSSI telah menjadi anggota FIFA sejak tanggal 1 Novermber 1952 pada saat kongres FIFA di Helsinki. Setelah diterima menjadi angggota FIFA selanjutnya PSSI diterima pula menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) tahun 1952. Bahkan menjadi pelopor dalam pembentukan AFF (Asean Football Federation) di zaman kepengurusan Kardono sempat menjadi wakil presiden AFF untuk selanjutnya menjadi ketua kehormatan (Saelan, 1967 : 42).
Pada tahun 1953 PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) memantapkan posisinya sebagai organisasi yang berbadan hukum dengan mendaftarkan ke departemen kehakiman dan mendapat pengesahan melalui SKep Menkeh R.I J.A 5/11/6, tanggal 2 februari 1953. Tambahan berita R.I tanggal 3 Maret No.18. Hal ini berarti PSSI adalah salah satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita negara sejak 8 tahun Indonesia (www.sepakbola.indonesia news.com).
D. Sekilas Wajah Sepakbola Indonesia
Sepakbola Indonesia sudah memasuki pintu gerbang industri sepakbola modern sejak tahun 1979. Ketika itu lahir kompertisi Galatama yang disebut sebagai universitas sepakbola nasional. Namun karena berbagai faktor, antara lain kemampuan modal para pemilik klub yang terbatas akibat manajemennya yang tidak baik, dilarangnya pemakaian pemain asing. Membuat Galatama tidak bisa berjalan dengan baik. Selain itu meluasnya kasus suap kompetesi professional sehingga mengalami dekadensi dalam artian penurunan yang sangat tajam. Bahkan secara perlahan kompetesi amatir perserikatan yang menjadi sejarah sejak masa pergerakan nasional yang berpuncak pada lahirnya PSSI pada 19 april 1930 dan sangat kental dengan fanatisme daerah kembali menjadi primadona publik sepakbola nasional (www.sepakbola.indonesia news.com).
Fenomena tersebut segera disadari PSSI dan membuat keputusan bersejarah menggabungkan dua kompetensisi nasional itu kedalam wadah yang disebut Liga Indonesia (LI), yaitu profesionalisme Galatama dan fanatisme perserikatan. Penggabungan dua potensi besar ini (profesionalisme dan fanatisme) kedaerahan merupakan ide brilian untuk meletakkan pondasi industri sepakbola khas Indonesia. Dikatakan sebagai ide brilian karena terbukti kompetisi nasional yang luar biasa dahsyat itu tetap eksis sampai sekarang, bahkan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Namun gerak maju kompetesi professional Liga Indonesia (LI) bergerak lamban menuju obsesi para pendiri Liga Indonesia, yaitu menjadikan sepakbola sebagai industri. Setidaknya ada lima indikasi yang membuktikan bahwa Liga Indonesia bergerak lamban membangun pondasi industri sepakbola yang kuat kokoh. Ada beberapa faktor sehingga Liga Indonesia mengalami perkembangan yang cukup lambat dalam buku Kaligis (2007 : 26) antara lain :
Pertama, kenaikan nilai jual kompetesi Liga Indonesia (LI) sangat lambat yang diawali dengan nilai sponsorship sebesar Rp 5 miliar (Dunhil dan Kansas), Rp, 7 miliar sampai 25 miliar (Bank Mandiri) tahun 2004. Nilai sponsorship mengalami peningkatan tajam pada tahun 2005, yaitu dari 25 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 35 miliar pada tahun 2005 hinnga 2007.
Kedua, nilai jual klub juga kepada sponsor masih sangat rendah sehingga mayoritas klub yang menamakan diri professional hingga kini masih mengandalkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Ketiga, transfer pemain bintang baru (rising star) masih sangat terbatas akibat klub-klub mengabaikan pembinaan tim yunior sebagai barometer mengalirnya bisnis pemain. Nilai transfer pemain terus meningkat dari tahun ke tahun namun masih berkutat pada pemain bintang yang itu-itu juga.
Keempat, profesionalisme menajemen klub masih sangat lemah. Hal ini terlihat dari belum dimamfaatkannya penjualan marchendise sebagai salah satu sumber pendapatan klub. Kelima, rendahnya profesionalisme klub juga terlihat dari belum optimalnya pendapatan klub dari karcis penonton, padahal jumlah penonton yang menonton pertandingan sangat besar. Tingkat kebocoran karcis 30-50 %.
a. Potensi sepakbola Indonesia
1. Demografi, jumlah penduduk sangat besar (225 juta orang) dengan dengan beragaman latar psikologis sosiologis
2. Kekayaan alam yang besar dan letak yang strategis
3. Masyarakat yang mayoritas mengganrungi sepakbola
4. Banyaknya bakat yang tersebar diseluruh pelosok tanah air seperti tercermin dari menjamurnya klub-klub sepakbola (SSB) serta langgengnya pertandingan tarkam
5. Era reformasi yang menuntut keterbukaan dan demokrasi sehingga terciptanya debirokratisasi disemua aspek kehidupan, termasuk tampilnya tokoh non birokrat memimpin olahraga dan memberi ruang kepada dunia usaha untuk berbisnis dalam sepakbola.
6. Otonomi daerah mendukung desentaralisasi pembinaan sepakbola
b. Kelemahan
1. Umum
1). Tingkat sosial ekonomi yakni masih rendahnya kualitas pendidikan
2). Mengentalnya budaya KKN, etos kerja dan disiplin rendah
3). Rendahnya penegakan hukum
4). Kurangnya dukungan pemerintah
2. Khusus
1). Rendahnya rata-rata mutu pendidikan para pemain, pelatih, wasit dan pelaku sepakbola lainnya sehingga sulit untuk proses alih teknologi dan otodidak
2). Ketidakseriusan federasi dan klub untuk belajar sistem pembinaan sepakbola mutakhir berikut penerapannya
3). Ambisi seasaat dan berlebihan para Pembina klub (birokrat dan pengusaha) sehingga menghalalkan segala macam cara untuk mencapai prestasi dan melupakan pembinaan berjenjang sejak usia dini.
c. Peluang
1. Umum
1). Dukungan pemerintah semakin besar terhadap pembangunan sepakbola
2). Era reformasi yang menuntut demokratisasi dan transparansi
3). Otonomi daerah yang melandasi desentaralisasi pembangunan sepakbola
4). Era pasar bebas yang menghendaki profesionalisme dan transparansi sebagai prasyarat bisnis sepakbola modern
5). Perkembangan teknologi informasi / komunikasi yang memungkinkan Indonesia bias terus mengikuti perkembangan sepakbola negara maju melalui internet dan live pertandingan liga-liga top Eropa
2. Khusus
1). Telah terjadi perubahan paradigma dari pendekatan amatir konvensional kepada profesionalisme yang bervisi bisnis modern
2). Menggelobalnya budaya dan sistem pembinaan sepakbola modern
3). Meningkatnya tuntutan pengelolaan sepakbola yang benar dan modern yang berlandaskan visi bisnis
4). Obsesi publik sepakbola nasional terhadap kualitas dan prestasi sepakbola nasional di kancah internasional
5). Tekad klub-klub untuk membangun tim prestasi
Sumber : Kaligis, 2007 : 29
E. Sepakbola Indonesia Modern
1. Visi
Membangun sepakbola Indonesia modern industrial yang berlandaskann organisasi modern, kultur dan manajemen professional yang berorientasi pada kualitas dan prestasi (quality and achievement oriented) serta keuntungan (profit oriented). Sepakbola modern mengikuti trend perkembangan sepakbola mutakhir (terkini), yaitu sepakbola sebagai business show yang berpusat pada profesionalisme klub dan kompetisi. Untuk membangun klub dan kompetesi berkualitas tinggi (high level) dan menghasilkann keuntungan besar (high profit) dituntut bangun organisasi sepakbola (federasi dan klub) yang kuat dan modern serta ditata dan digerakkan oleh sistem manajemen professional (Saelan, 1967 : 40).
Kedua flat itulah bias membangun sebuah industri sepakbola. Artinya organisasi dan manajemen professional akan lahir klub-klub professional yang hebat (berkualitas dan berprestasi). Klub-klub professional yang hebat itu akan berdampak positif kepada reputasi kompetisi yang berkualitas tinggi.
Sebagai contoh, Liga Indonesia (LI) mempunyai klub-klub seperti Persija, Persipura, Persib Bandung, Sriwijaya FC, dan PSM Makassar. Setiap kali klub-klub tersebut bertanding penontong biasanya memadati stadion. Ketertarikan perusahaan sponsor juga cukup tinggi untuk mendanai klub-klub tersebut. Tim nasional Indonesia pun banyak diambil dari klub-klub tersebut.
Hanya sayang, profesionalisme manajemen klub-klub biasa masih rendah sehingga pembiayaan operasional mayoritas klub masih mengandalkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Klub-klub kita belum mampu mengoptimalkan nilai jual yang dimiliki, penonton yang membludak, dan anggota fans klub yang fanatik untuk membeli merchandise klub.
Untuk itulah PSSI membentuk Badan Liga Indonesia (BLI) dan Badan Industri Sepakbola Indonesia (BISI), yang memicu profesionalisme klub dengan berbagai persyaratan dan ketentuan sekaligus menata kompetesi agar lebih professional. Jika hal itu tercapai, industri sepakbola yang diidam-idamkan akan segera terwujud di bumi Nusantara.
2. Misi
Ada tiga misi besar yang diemban persepakbolaan nasional nasional Indonesia bagi masyarakat bangsa ini. Menurut Saelan, 1967 bahwa misi Peratuan sepakbola seluruh Indonesia (PSSI) yakni; Pertama menjadikan sepakbola nasional sebagai bisnis yang menguntungkan bagi semua pihak yang bergelut di dalamnya (sepakbola sebagai profesi) maupun menggerakkan prekonomian daerah (klub) dan nasional pada umumnya.
Kedua, bisnis sepakbola yang berkualtas tinggi dan menguntungkan akan melahirkan prestasi tinggi yang membawa kebangsaan daerah (prestasi klub), mempertebal rasa kebangsaan serta memperkuat rasa persatuan dan kesatuan sebagai tim nasional yang berkualitas tinggi dan berprestasi. Ketiga, sepakbola professional berkualitas tinggi (high leve)l menjadi sarana efektif untuk membangun kultur sepakbola modern khususnya, serta ikut membina mentalitas masyarakat bangsa modern seperti kompetitif, sportif, disiplin etos kerja keras, demokratis dan egaliter, menghargai kualitas, menjunjung tinggi hukum dan fair play.




























BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah Selatan dan Utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah Utara ke wilayah Selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur Timur dan 5,8 derajat lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut.
Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah Barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian Utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di Selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km².
Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Kota Makassar berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan denga kabupaten Pangkep
2. Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Maros
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Gowa
4. Sebelah Barat berbatasan dengan dengan Selat Makassar
Dari gambaran mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan daerah lain.
Memang selama ini kebijakan makro pemerintah yang seolah-olah menjadikan Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia. Hal ini membuat Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan mengembangkan Makassar akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia dan percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi geografis - Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain di kawasan Timur Indonesia.
Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah inseptisol dan tanah ultisol. Jenis tanah inseptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horison penciri kambik. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping.
Penyebaran tanah ini terutama di daerah dataran antara perbukitan, tanggul sungai, rawa belakang sungai, dataran aluvial, sebagian dataran struktural berelief datar, landform struktural/ tektonik, dan dataran/ perbukitan vulkanik. Kadang-kadang berada pada kondisi tergenang untuk selang waktu yang cukup lama pada kedalaman 40 sampai 50 cm. Tanah inceptisol memiliki horison kambik pada horison B yang dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah.
Jenis tanah ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam terutama besi dan aluminium yang teroksidasi (weathered soil). Tanah utisol umumnya terdapat di wilayah tropis pada hutan hujan. Secara alamiah cocok untuk penanaman hutan (kultivasi). Selain itu juga merupakan material yang stabil digunakan dalam konstruksi bangunan.
Tanah ultisol berkembang dari batuan sedimen masam (batu pasir dan batu liat) dan sedikit dari batuan vulkano tua. Penyebaran utama terdapat pada sruktural (landform tektonik) dengan relief datar hingga berbukit dan bergunung-gunung. Tanah yang mempunyai horison argilik atau kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada ke dalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas horison argilik atau kandik.
Tanah tersebut telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya terdiri dari bahan kaya aluminium silika dengan iklim basah. Sifat-sifat utamanya mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya kurang unsur hara N, P, dan K, sangat masam sampai masam, kurang bahan organik, lapisan bawah kaya aluminimum (Al), dan peka terhadap erosi.
Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah di wilayah kota Makassar adalah jenis batuan, iklim, dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horizonnya akan semakin intensif dipergunakan, terutama untuk kegiatan budidaya.
Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Makassar, karena wilayah Makassar terdiri dari laut, dataran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan intensitas pemanfaatannya.
Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara atau lahan-lahan mentah lainnya. Maka akan lebih baik jika lahan yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan. Dibandingkan metode tradisional yang hanya mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi, atau terbangun.
Apabila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada. Kota Makassar sebagian baik digunakan untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung. Mencermati pembagian lahan dalam wilayah Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan sebagai berikut; Kawasan Mantap 38 %, Kawasan Peralihan 11 %, dan Kawasan Dinamis 51 %.
2. Keadaan Penduduk dan Sosial Budaya
a. Penyebaran Penduduk
Secara administratif kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 142 kelurahan 885 Rukun Warga (RW) dan 4.446 Rukun Tetangga (RT). Pada tahun 2002 penduduk kota Makassar tercatat sebanyak 1.148.312 jiwa tersebar pada 14 kecamatan. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Tamalatea sebanyak 133.119 jiwa (11,59 persen), kecamatan Panakukang 129.651 jiwa (11,29 persen) dan kecamatan Rappocini 128.855 jiwa (11,22 persen).
Besarnya jumlah penduduk di tiga kecamatan tersebut dimungkinkan karena wilayahnya luas dan juga merupakan wilayah pengembangan kota. Sebaliknya kecamatan dengan jumlah penduduk relatif paling sedikit adalah masing-masing kecamatan Ujung Pandang 29.889 jiwa (2,60 persen), kecamatan Wajo 35.402 jiwa (3,08 persen) dan kecamatan Ujung Tanah 46.129 jiwa (4,02 persen). Kecilnya penduduk di kecamatan tersebut diduga karena wilayahnya sempit sehingga lahan hunian relatif tidak tersedia dan berkaitan dengan peraturan tata ruang kota yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Makassar.
Jika dilihat menurut kepadatan penduduk per km2, tampak bahwa kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak ternyata kepadatannya relatif lebih rendah yaitu di Kecamatan Biringkanaya sekitar 2074 jiwa/km2, kecamatn Tamalanrea 2.674 jiwa/km2, kecamatan Manggala 3.360 jiwa/km2, dan kecamatan Rappocini 6.376 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang kepadatan penduduk relatif lebih tinggi adalah Makassar 33.375 jiwa/km2, Mariso 29.276 jiwa/km2, dan Bontoala 28.357 jiwa/km2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan tiap Km2 menurut Kecamatan di Kota Makassar, Tahun 2002

Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Kepadatan
Mariso
Mamajang
Tamalate
Rappocini
Makassar
Ujung Pandang
Wajo
Bontoala
Ujung Tanah
Tallo
Panakkukang
Manggala
Biringkanaya
Tamalanre 1,82
2,25
9,23
20,21
2,52
2,63
1,99
2,10
5,94
5,63
17,05
24,14
48,22
31,22 53.282
61.286
133.119
128.855
84.104
29.889
35.402
59.549
46.129
120.786
129.651
81.102
100.018
85.140 4,64
5,34
11,59
11,22
7,32
2,60
3,08
5,19
4,02
10,52
11,29
7,06
8,71
7,41
Jumlah 175,77 1.148.312 6,53
Sumber BPS 2002

b. Komposisi Penduduk
Selanjutnya Tabel 5.2 menyajikan komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Secara umum tampak bahwa jumlah penduduk wanita lebih besar jia dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Jika diamati menurut kelompok umur polanya agak berbeda. Rasio jenis kelamin pada kelompok umur 0-4; 5-9; 10-14; 35-39; 40-44; dan 45-49 tahun, di atas 100, berarti pada kelompok usia tersebut jumlah laki-laki lebih banyak dibanding wanita.
Tabel 5.2. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Rasio Jenis Kelamin di Kota Makassar, Tahun 2002


Kelompok Umur Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin
Laki-Laki Wanita
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 + 60.064
54.737
52.747
63.935
75.461
62.688
49.631
37.890
29.814
23.757
18.388
12.714
10.253
5.921
4.539
3.341 57.963
53.188
52.311
68.632
82.872
65.768
50.920
37.884
29.489
22.454
18.932
13.258
11.225
7.316
5.483
4.737 104
103
101
93
91
95
97
100
101
106
97
96
91
81
83
71
Jumlah 565.882 582.430 97
Sumber BPS 2002

c. Pendidikan
Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia merupakan program nasional yang sangat penting, yang salah satunya diupayakan melalui pembangunan dibidang pendidikan. Selanjutnya program tersebut diaktualisasikan melalui gerakan nasional orang tua asuh dan program wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Upaya ini merupakan langkah nyata untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Hasil pembangunan di bidang pendidikan diantaranya ditandai dengan meningkatnya status pendidikan penduduk. Peningkatan status pendidikan penduduk merupakan akibat langsung dari meningkatnya kesempatan bagi penduduk memasuki sekolah, dan ini berarti meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Dalam kaitannya dengan pendidikan, wanita mempunyai peranan penting terutama dalam proses pembentukan pribadi seseorang.
Di dalam rumah tangga, wanita sebagai ibu rumah tangga merupakan pendidik pertama bagi anak-anaknya. Selain itu, pendidikan pada wanita juga merupakan sarana untuk dapat berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja. Dalam kenyataannya tingkat pendidikan wanita masih rendah meskipun secara hukum laki-laki maupun wanita mendapat hak yang sama untuk pendidikan.
Masih rendahnya kesempatan memperoleh pendidikan wanita disebabkan oleh antara lain : faktor budaya, sistem nilai/norma yang berlaku dalam masyarakat, agama, atau kekeliruan cara pandang perencana dan pengambil keputusan terhadap peran dan status wanita. Misalnya, dalam mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestik yang dianggap sebagai pekerjaan wanita, cenderung diremehkan perannya.






Tabel 5.3. Tingkat Pendidikan Terakhir Penduduk Umur 12 tahun ke Atas dan Jenis Kelamin di Kota Makassar, Tahun 2000

Tingkat Pendidikan Terakhir Wanita Laki-Laki
Jumlah Persen Jumlah Persen
Tidak/Belum Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Akademi/Diploma I,II,II
Diploma IV/PT 42.820
104.765
79.216
154.485
13.984
28.171 10,11
24,74
18,71
36,48
3,30
6,65 29.141
84.451
72.216
161.824
13.346
40.791 7,25
21,02
17,97
40,28
3,32
10,15
Jumlah 423.441 100,00 401.769 100,00
Sumber : SP, 2000

Pada Tabel 5.3 menggambarkan keadaan tingkat pendidikan wanita dan laki-laki pada tahun 2000 di Kota Makassar. Pada tingkat pendidikan rendah, persentase wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Begitupula dengan penduduk yang Tidak/Belum Tamat SD, kesempatan wanita lebih rendah. Sementara pada tingkat pendidikan tinggi, terjadi sebaliknya. Ini menandakan bahwa partisipasi wanita di bidang pendidikan lebih rendah daripada laki-laki.
Diharapkan dengan bertambahnya wanita yang berpendidikan, khususnya untuk wilayah Makassar, akan diiikuti dengan semakin luasnya peran wanita dalam segala bidang kehidupan. Namun, berdasarkan kenyataannya di lapangan, hal itu tidak terjadi, mungkin karena peran reproduktif yang dilakukannya menyebabkan banyak wanita yang menunda atau menghentikan peran produktifnya.
Penduduk Kota Makassar tahun 2004 tercatat sebanyak 1.179.023 jiwa yang terdiri dari 582.382 laki-laki dan 596.641 perempuan. Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2003 tercatat sebanyak 1.160.011 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan denganrsio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin Kota Makassar yaitu sekitar 97,61 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapa 97 penduduk laki-laki.
Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 143.987 atau sekitar 12,21 persen dari total penduduk, disusul kecamatan rappocini sebanyak 136.128 jiwa (11,55 persen). Kecamatan Panakkukang sebanyak 129.240 jiwa (10,98 persen), dan yang terendah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 27.165 jiwa (2,30 persen).
Ditinjau dari kepadatan penduduk per km persegi, kecamatan Makassar yang terpadat yaitu 31.408 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso (28.724 per km persegi), kecamatan Bontoala 25.744 jiwa per km persegi). Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.460 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Tamalanrea 2.646 jiwa per km persegi, Manggala (3.828 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.658 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang (7.580 jiwa per km persegi). Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di tiga kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, dan Manggala.
Penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tingkat kelahiran dan tingkat kematian di suatu daerah. Disamping itu struktur umur penduduk juga dapat menggambarkan angka beban tanggungan (Dependency Ratio), penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif. Penduduk yang tergolong usia non produktif adalah penduduk kelompok umur 0-14 dan 65 tahun atau lebih. Sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk kelompok umur 15-64 tahun.
Persentase penduduk usia dewasa (15-64 tahun) persentasenya sedikit mengalami penurunan dari 69,05 persen tahun 2000 menjadi 68,34 persen tahun 2004. sementara penduduk usia muda (0-14 tahun) persentasenya walaupun masih di bawah 40 persen, akan tetapi dibanding tahun 2000 meningkat dari 27,99 persen menjadi 28,18 persen tahun 2004, demikian pula untuk penduduk usia tua (65+ tahun) meningkat dari 2,96 persen tahun 2000 menjadi 3,47 persen tahun 2004, peningkatan persentase pada penduduk usia muda ini disebabkan oleh menurunnya penduduk produktif usia 15-64 tahun. Pada tahun 2004 diketahui bahwa umur median penduduk Kota Makassar adalah 24,45 pertahun.
d. Sistem Pemerintahan
Awal kota dan bandar Makassar berada di muara sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene. Akan tetapi pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang. Setelah kedua kerajaan ini berkerjasama mereka melakukan penyerangan dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya (Waskito, 2009 : 19 ).
Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga Bandar niaga Tallo dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI yakni Sultan Hasanuddin didirikan pula Benteng Rotterdam di bagian Utara. Ketika itu pemerintahan kerajaan masih dibawah kekuasaan kerajaan Gowa. Pada masa itu terjadi peningkatan aktivitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan internasional serta sektor politik dan sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan puncak kejayaan kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan kerajaan Gowa pada keruntuhan (Sewang, 2005 : 21).
Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan kerajaan¬kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris pula. Maka Makassar meningkatkan produksi komoditnyai itu. Bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil lainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-tawannya it. Akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.
Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan¬-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram (Waskito, 2005 : 23).
Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya memperluas daearah kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara. Selain itu kerajaan gowa juga mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam dunia Islam.
Sultan Hasanuddin menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah. Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah independen di Sulawesi dan Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing.
3. Latar Belakang Historis Terbentuknya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)
Di Indonesia permainan sepakbola diperkenalkan oleh bangsa Belanda yang datang untuk bekerja di instansi-instansi pemerintah Hindia-Belanda sebagai pegawai dalam perkebunan, kantor-kantor perdagangan, perkapalan dan pertambangan sebagai karyawan. Para pekerja bumiputra memilih olahraga sepakbola sebagai sarana rekreasi dan menjaga kebugaran agar tetap sehat dan memiliki ketahanan fisik yang kuat.
Pada mulanya permainan sepakbola hanya dapat dilakukan oleh orang-orang Barat yakni Belanda. Kemudian diikuti oleh orang-orang Tionghoa dan selanjutnya orang-orang bumiputra yang setaraf dengan bangsa Belanda. Hal ini disebabkan golongan penguasa saja yang mempunyai kesempatan berolahraga dan sepakbola merupakan permainan model baru yang ketika itu masing masing di Indonesia. Masyarakat bumiputra yang telah mengenal tentang olahraga sepakbola mulai menyebarkanya pada sesama masyarakat. Permainan ini cepat dikenal sebab bangsa Indonesia sebelumnya sudah mengenal permainan sepak-sepakan bola (sepakraga) yang terbuat dari anyaman rotan (Saelan, 1967 : 22).
PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) dirikan pada tanggal 2 November 1915. PSM pada waktu itu masih merupakan perkumpulan sepakbola yang bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Dalam perjalanan historisnya perkumpulan sepakbola Makassar Voetbal Bond (MVB) menampilkan pemain-pemain bumiputera di jajaran elite persepakbolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dari MVB yang disegani oleh pemain Belanda. Pada tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam negeri maupun luar negeri. Pertandingan yang dijalani oleh MVB di dalam negeri di antaranya daerah Jawa, seperti klub Quick, klub Excelcior, klub HBS, dan klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedangkan pertandingan dilakoni MVB dari luar negeri adalah kesebelasan dari Hongkong, Korea dan Australia (Kompas, 21 Februari 1992).
Dalam wawancara dengan Rasyid Dahlan yang merupakan mantan pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) mengatakan sebagai berikut :
Pada tahun 1965 kita sudah tour Asia melawan kesebelasan Hongkong, Jepang, Korea. Waktu itu PSSI tidak pernah kalah, hanya imbang melawan Korea. Yang lainnya itu kita menang terus. Bayangkan hebatnya PSSI dulu. Jadi sepakbola Indonesia dulu sangat disegani oleh klub-klub luar (Wawancara, 22 Juli 2009)

PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) sejak tahun 1950-2000an dikenal sebagai tempat lahirnya pemain-pemain sepakbola yang muda dan berbakat dari Timur. Pemain-pemain muda berbakat dan masuk dalam tim nasional Indonesia dari Makassar diantaranya Ramang, Suardi Arlan, Nursalam dan Maulwi Saelan. Pemain tersebut muncul dan berjaya diera tahun 1950-an. Pemain sepakbola asal Makassar dari tahun 1950-1970an tumbuh dan dibesarkan dalam ciri khas sepakbola Makassar yang dikenal keras, lugas, dan pemberani Sebuah gaya permainan sepakbola dari tradisi lapangan Karebosi (Kompas, 21 Maret 1992).
PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) lima kali meraih gelar juara perserikatan secara berturut-turut tahun 1957, tahun 1959, tahun 1965, tahun 1966, dan tahun 1992. PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur menjadi kekuatan baru sepakbola Indonesia dibagian Timur (Pedoman Rakyat, 1 Maret 1992).
Juara perserikatan yang PSM dapat menjadikannya sebagai tim elite dari Timur yang disegani oleh tim-tim sepakbola lain. PSM juga diberi julukan sebagai Juku Eja yang artinya Ikan Merah. julukan yang diberikan pada PSM tersebut berdasarkan pada warna kostum yang mereka kenakan yaitu warna merah (Pedoman Rakyat, 1 Maret 1992).
Table 5.4 Prestasi PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) sebagai berikut :
Prestasi PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)

Perserikatan Liga Indonesia Liga Champion Asia
1. 1957 - Juara
2. 1959 - Juara
3. 1961 - Runner
4. 1965 - Juara
5. 1966 - Juara
6. 1992 - Juara
7. 1994 - Runner-up 1. 1994/1995 - Posisi ke-10,
Wilayah Timur
2. 1995/1996 - Runner-up
3. 1996/1997 – Semifinalis
4. 1997/1998 – dihentikan
5. 1998/1999 - 8 Besar
6. 1999/2000 – Juara
7. 2001 - Runner-up
8. 8. 2002 – Semifinalis
9. 2003 - Runner-up
10. 2004 - Runner-up
11. 2005 - Posisi ke-2 Wilayah Timur, Finalis 8 Besar
12. 2006 - Posisi ke-4 Wilayah Timur, Finalis 8 Besar
13. 2008 - Posisi ke-1 Wilayah Timur (paruh musim) 1. 001 - Perempat final (masih bernama Piala Champions Asia)
2. 2004 - Babak pertama
3. 2005 - Babak pertama
Sumber : Sekretariat PSM

4. PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) Masa Ramang
Ramang adalah pemain sepakbola legenda yang berasal dari PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) yang ketika itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Ramang mulai memperkuat PSM Makassar (MVB) pada tahun 1947. Melalui sebuah klub bernama PERSIS (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Ramang ikut kompetisi dengan pemain-pemain MVB lainnya. Pada sebuah pertandingan, Ramang mencetak sebagian besar gol dan membuat klubnya menang dengan skor telak 9-0 untuk kemenangan timnya. Sejak itulah Ramang mulai bergabung dengan PSM. Berdasarkan latar historis diketahui bahwa Ramang memang sudah mulai menendang-nendang buah jeruk, gulungan kain dan bola anyaman rotan dalam permainan sepak raga sejak berusia 10 tahun (Wawancara Bucce Molle, 22 Juli 2009).
Ayah Ramang bernama Nyo'lo yang ketika itu sudah lama dikenal sebagai jagoan sepakraga di lingkup kerajaan. Bakat Ramang memang terbawa dari sang ayah. Pada mulanya Ramang memperkuat Bond Barru, tempat dimana ia dilahirkan. Namun menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ramang beserta dengan keluarganya pindah ke Ujung Pandang dan meninggalkan usaha warung kopi yang ia dirikan bersama dengan istrinya (www.ramang.news.com).
Namun informasi lain yang didapatkan dalam wawancara dengan anak Ramang yakni Anwar Ramang bahwa Ramang bukan lahir di Barru melainkan beliau lahir di Makassar. Akan tetapi karena ayah beliau orang dekat (ajudan) Kerajaan Barru, maka ia pindah ke Barru ikut dengan bapaknya. Untuk lebih jelasnya Anwar Ramang mengatakan sebagai berikut :
Itu bapak saya bukan lahir di Barru tapi di Makassar. Memang banyak orang mengatakan bapak saya orang Barru. Bapak memang lama tinggal di Barru mulai kecil ikut sama bapak (ayah Ramang). Disana bapak mulai main bola klubnya itu namanya PERSIS, kemudian masuk tim utama PSM (Wawancara 21 Juli 2009).

Pada masa Ramang perekrutan pemain dilakukan dengan cara kompetesi. Pemain-pemain bola dari berbagai klub datang bermain dan diseleksi secara ketat tanpa adanya unsur keberpihakan pada salah satu pemain. Pemain yang benar-benar memiliki kemampuan dan kualitas yang baik akan masuk sebagai pemain PSM. Pada masa Anwar Ramang sistem perekrutan pemain dilakukan dengan cara yang sama yakni melalui kompetisi. Jadi prestasi PSM pada masa Ramang dan anwar Ramang sangat baik. PSM tidak pernah keluar dari peringkat empat (4) basar.
Selain itu dimasa Ramang dan Anaknya anwar Ramang masuk sebagai pemain yang memperkuat PSM tanpa mengharapkan penghasilan yang lebih. Ketika itu yang lebih utama adalah persaan siri dalam membela dan memperjuangkan PSM. Hal ini karena para pemain tidak menginginkan klubnya kalah dari klub lain. Apabila kalah dari klub lain maka para pemain merasa malu (siri). Dalam wawancara dengan Anwar Ramang beliau mengatakan sebagai berikut :
Dulu pada masa bapak saya ada sistem kompetisi. Pemain yang mau masuk PSM harus dulu diseleksi betul. Pada masa bapak saya belum ada sistem kontrak begitupun pada masa saya. Jadi kita bermain hanya siri. Pada masa saya tidak ada lagi sistem kompetisi. Jadi itu kalau mau pemain yang bagus harus ada kompetesi kembali karena banyak pemain daerah yang berbakat (Wawancara, 21 Juli 2009).

Dari hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa pada masa Ramang dan anaknya Anwar Ramang sistem perektutan pemain dilakukan sacara adil dengan seleksi yang ketat. Begitupun persoalan materi tidak menjadi masalah bagi pemain. Bagi mereka menjadikan PSM sebagai persatuan sepakbola yang disegani oleh persatuan sepakbola lainnya adalah tujuan utama. Sebaliknya apabila PSM prestasinya buruk merupakan siri (malu) terhadap persatuan sepakbola lainnya. Sehingga tidak mengherangkan apabila dimasa Ramang banyak pemain-pemain PSM ataupun Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang hebat.
Ramang selain melakoni pekerjaannya sebagai pemain sepakbola, ia juga menjadi seorang kernek truk dan tukang becak. Namun dalam sebuah wawancara di Majalah Tempo (7/10/1978), Ramang mengatakan bahwa ia terpaksa meninggalkan profesinya sebagai penarik becak karena sibuk bermain bola. Hal yang demikian itu membuat kondisi keluarganya yang tinggal menumpang di sebuah rumah temannya menjadi sangat memprihatinkan. "Namun apapun yang terjadi, coba kalau isteri saya tidak teguh iman, mungkin sinting,". Ramang memang tak bisa lepas dari lapangan sepakbola. Baginya, “meninggalkan lapangan sepakbola sama saja menaruh ikan di daratan. "Hanya bisa menggelepar-gelepar lalu mati,".
Dalam wawancara dengan Anwar Ramang bahwa Ramang tidak mempunyai pekerjaan lain. Ia hanya pemain sepakbola dan sebagian besar masa hidupnya dihabiskan untuk bermain bola. Akan tetapi Ramang adalah pemain sepakbola yang sangat hebat yang tidak pernah dimiliki oleh pemain-pemain sepakbola lain.
Ramang memiliki kehebatan yang unik karena apabila ia disodorkan bola oleh temannya pasti ia cetak gol.Temannya tinggal menunggu musik sebagai tanda bahwa gol tercipta lagi di kaki Ramang. Adapun uraian dari wawancara Anwar Ramang sebagai berikut : “Bapak saya itu pemain hebat, punya kehebatan yang tidak dimiliki oleh pemain lain, karena apabila ia sudah disodorkan bola kedepan oleh temannya, maka temannya tinggal menunggu musik bahwa gol lagi” (Wawancara 21 Juli 2009).
Perkataan Anwar Ramang tersebut di atas di dukung oleh Bucce Molle mantan pemain PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan Darat) dan sekretaris PSM Sekarang mengatakan sebagai berikut : “Ramang itu sangat hebat. Bahkan kalau tendangan sudut biasanya belok langsung masuk gawang. Dia juga punya tendangan yang sangat keras kalau sekarang orang bilang tendangan pisang” (Wawancara 21 Juli 2009).
Sebelum Ramang bergabung dengan PSM. Ia memiliki klub yang bernama PERSIS (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi) nama Belandanya Coution Voetbal Bond (CVB). Di klub inilah Ramang di lihat mempunyai bakat yang sangat baik sehingga ia direkrut sebagai pemain PSM. Kemenangan terbesar klub Ramang PERSIS dengan skor telak 9-0 dalam kompetisi.
Adapun klub-klub sepakbola yang pada pada tahun 1960 atau di era Ramang yakni, klub PERSIS, klub MOS, klub MINAESA, klub BINTANG TIMUR, klub NANGHOA, klub CUNG HOA, klub ELSELSOR, klub PIOS, klub JONG AMBON, klub ISAP dan klub PSAD. Untuk klub seperti NANGHOA dan CUNG HOA adalah klub sepakbola orang Cina (Wawancara Rasyid Dahlan, 22 Juli 2009).
Ramang dan teman-teman rekan setimnya keliling Indonesia bermain bola. Akan tetapi ketika ia kembali ke Makassar kemudian datang seorang melamarnya untuk bekerja sebagai opas di Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Pada waktu itu Ramang menerima tawaran tersebut. Menurut informasi bahwa gaji Ramang di tempat kerjanya adalah Rp 3.500 dan tidak pernah mengalami kenaikan. Hanya saja untungnya ketika itu Ramang masih diperbolehkan untuk main bola (Wawancara Rasyid Dahlan, 22 Juli 2009).
Hal tersebut sejalan yang dikatakan mantan pemain PSM sekaligus mantan pemain Sepakbola Nasional (PSSI) Rasyid Dahlan yang mengatakan sebagai berikut : “Ramang setelah datang kembali ke Makassar selain pemain bola juga dia bekerja di PU, itu sekitar tahun 1970-an tapi masih tetap bermain bola karena dia tidak bisa tinggalkan bola” (Wawancara, 22 Juli 2009 ).
Pada tahun 1952 Ramang menggantikan Sunardi, kakak Suardi Arlan mengikuti latihan di Jakarta. Ikutnya Ramang dalam latihan di Jakarta membuat dirinya terpilih menjadi pemain utama tim nasional Indonesia. Posisi Ramang di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah sebagai penyerang tengah. Ia didampingi Suardi Arlan di kanan dan Nursalam di kiri, ia bagai kuda kepang di tengah gelanggang. Permainannya sebagai penyerang tengah sangat mengagumkan. Maka setahun kemudian ia keliling di beberapa negeri asing. Namanya meroket menjadi pemain favorit bagi penonton dan disegani pemain lawan (Waskito, 2005 : 52).
Adapun pemain PSM sekaligus pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang se-angkatan dengan Ramang dalam wawancara dengan Rasyid Dahlan sebagai berikut :
Kanan Nur Salam, senter port Ramang, kiri Suardi, kiri luar Kurnia, kanan luar Mukhtar, gelandang kanan Rasyid Dahlan, gelandang kiri Makmur, bek kanan Sampara bek tengah Sanca Bakhtiar, bek kiri Thomas Rea Ratu. Gawang Maulwi Saelan, Cong, dan Husein (Wawancara 22 Juli 2009).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa PSM di era Ramang memiliki prestasi yang cukup gemilang. Pada tahun 1960-1970 PSM merupakan klub sepakbola yang disegani oleh klub-klub lain karena memiliki pemain-pemain yang hebat. Di tahun 1960-1970 ada tiga pemain yang cukup terkenal yang di sebut dengan “Trio” yakni Ramang, Nur Salam dan Suardi (Wawancara, Rasyid Dahlan, 22 Juli 2009).
Ramang memiliki kecepatan lari dan tendangan yang keras. Nur Salam tahan bolanya cukup bagus. Apabila bola ia sudah di kasih bola dalam keadaan bagaimanapun ia mampu menahannya atau mengontrolnya dengan baik. Sedangkan Suardi punya kelebihan dalam membawa bola atau hebat gorengan bolanya. Apabila ia sudah dapat bola maka pemain lawan susah untuk mengambilnya (Wawancara Rasyid Dahlan, 22 Juli 2009).
Pada tahun 1954 Ramang sudah keliling bermain bola ke berbagai negeri Asia seperti Filipina, Hongkong, Muangthai dan Malaysia. Dalam lawatannya keberbagai negeri Asia, Ramang dan teman-temannya sebagiam besar menang dalam setiap pertandingan yang mereka jalani. Begitupula mereka juga memasukkan bola lebih banyak ke gawang lawan. Dari 25 gol yang tercipta dalam pertandingan melawan klub-klub Asia PSSI hanya kemasukan 6 gol. Sedangkan PSSI mampu memasukkan 19 gol ke gawang lawan. Dari 19 gol yang dicetak oleh Tim Nasional di antaranya lahir dari kaki Ramang.
Dalam wawancara dengan Rasyid Dahlan mengatakan sebagai berikut :
Di tahun 1950-an kita tour Asia dengan melawan kesebelasan Hongkong. Kita menang 1-0 yang cetak gol Ramang, melawan kesebalasan Jepang menang 1-0 yang cetak gol juga Ramang, melawan kesebelasan Korea dan hasilnya drow 1-1 yang cetak gol juga Ramang (Wawancara, 22 Juli 2009).

Berkat prestasi Ramang di Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), membuat sepakbola Indonesia diperhitungkan di kawasan Asia. Klub-klub Eropa Satu melakukan uji coba dengan kekuatan Tim Nasional. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara yang pada saat itu merupakan salah satu kiper terbaik dunia.
Klub Stade de Reims dengan si kaki emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Jashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan Roger Vollentein. "Tapi itu bukan prestasi saya saja, melainkan kerjasama dengan kawan-kawan," ujar Ramang merendah, sembari menyebut nama temannya satu per satu: Maulwi Saelan, Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Thio Him Tjiang, Danu, Phoa Sian Liong dan Djamiat.
Dalam wawancara dengan Rasyid Dahlan peneliti bertanya kenapa Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) ketika itu belum bisa masuk dalam piala dunia ?. Menurutnya untuk masuk dalam piala dunia tidak mudah karena masih banyak negara yang bagus sepakbolanya, seperti Brasil, Jerman, dan Rusia. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut : “Untuk masuk dunia tidak gampang banyak negara terbaik seperti Brasil, Jerman, Rusia. Tapi kita lawan Rusia skornya 0-0” (Wawancara 22 Juli 2009).
Ramang dikenal sebagai penyerang haus gol. Ramang memang penembak lihai, dari sasaran mana pun, dalam keadaan sesulit bagaimana pun, menendang dari segala posisi sambil berlari kencang. Satu keunggulan yang masih diidamkan oleh setiap pemain bola kita hingga saat ini, terutama tembakan salto.
Keahlian Ramang dalam sepakbola adalah karunia alam untuk pribadinya sebagai seorang bekas pemain sepakraga yang ulung. Gol melalui tendangan salto yang indah dan mengejutkan seringkali dipertunjukkan oleh Ramang. Satu salah diantaranya saat PSSI mengalahkan RRC dengan skor 2-0 di Jakarta. Kedua gol itu lahir dari kaki Ramang, satu di antaranya tembakan salto. Itu pertandingan menjelang kejuaraan dunia di Swedia tahun 1958 (www.ramang.news.com).
Dalam wawancara dengan Anwar Ramang mengatakan sebagai berikut :
Kehebatan bermain bapak adalah bakat alam. Dia memiliki kecepatan lari dan tendangan yang sangat keras. Kalau bola sudah dia ambil maka teman-temannya tidak perhatikan lagi. Temannya tinggal menunggu bahwa gol lagi. Itulah kehebatannya (Wawancara, 21 Juli 2009).

Pertandingan kedua dilanjutkan di Peking, PSSI melawan RRC (Cina). Dalam pertandingan tersebut Indonesia kalah dengan skor 3-4. Pertandingan ketiga yang diadakan di Rangoon juga melawan RRC dengan skor imbang 0-0. Selanjutnya Indonesia akan melawan Israel, akan tetapi tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia, maka PSSI terpaksa tidak berangkat.
Mendengar kehebatan Ramang di lapangan sepakbola, tak heran jika di tahun 1950-an, banyak bayi laki-laki yang lahir kemudian diberi nama Ramang oleh orangtuanya. Jika Ramang ditanya mengenai pertandingan paling berkesan, di sejumlah media, ia menyebut ketika PSSI menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956. "Ketika itu saya hampir mencetak gol. Tapi kaus saya ditarik dari belakang," kata Ramang.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rasyid Dahlan yang merupakan pemain sepakbola seangkatan Ramang mengatakan sebagai berikut :
PSSI dulu hebat, pemain-pemainnya profesional, dulu disebut trio itu ada Ramang, Nur Salam dan Suardi. Yang tiga kompak betul. Pada saat kita bermain lawan Rusia skornya imbang 1-1. Segala tenaga dan pikiran kita curahkan. Betul-betul permainan banyak mengambil tenaga waktu itu (Wawancara, 22 Juli 2009).

Kejayaan Ramang ternyata singkat saja. Pada tahun 1960, sesudah namanya sempat populer yang dikenal oleh dunia tiba-tiba ia dijatuhi skorsing. Ramang dituduh menerima suap. Pada tahun 1962 Ramang dipanggil kembali masuk PSSI, tapi pamornya sudah berkurang. Pada tahun 1968 dalam usia 40 tahun, Ramang bermain untuk terakhir kalinya membela kesebelasan PSM di Medan, yang berakhir dengan kekalahan. Meskipun setelah itu karier Ramang di sepakbola tidak betul-betul mati seperti langsung di telan bumi. Saat usianya yang semakin tua kemudian ia mendapatkan panggilan dari bupati Blitar untuk menjadi pelatih di sana (Wawancara, Anwar Ramang 21 Juli 2009).
Karier kepelatihan Ramang juga tercatat di PSM dan Persipal Palu. Sewaktu menjadi pelatih di Persipal, Ramang pernah dihadiahi satu hektar kebun cengkeh oleh masyarakat Donggala di Palu. Hadiah tersebut diberikan kepada Ramang karena prestasinya membawa Persipal menjadi salah satu tim yang disegani di Indonesia. Penghargaan yang demikian itu tak pernah iasss dapatkan di PSM Makassar.
Bagi Ramang untuk menjadi pelatih sepakbola ternyata tidak mudah bagi seorang tamatan Sekolah Rakyat (SR) seperti baginya. Ia kemudian harus disingkirkan pelan-pelan hanya karena ia tidak memiliki sertifikat kepelatihan. Ramang alam melatih hanya mengajarkan pengalamannya ditambah dengan teori yang pernah ia dapatkan dari mantan pelatih PSSI Tony Pogacknic yang ia sangat hormati.
Ramang pernah menyebut bahwa pemain sepakbola sepertinya tidak lebih berharga dari kuda pacuan. "Kuda pacuan dipelihara sebelum dan sesudah bertanding, menang atau kalah. Tapi pemain bola hanya dipelihara kalau ada panggilan. Sesudah itu tak ada apa-apa lagi". katanya dengan kecewa. Namun Ramang sudah berketetapan hati menutup kisah masa lampaunya itu. "Buat apa mengenang masa-masa seperti itu sementara orang lebih menghargai kuda pacuan?" katanya.
Kekecewaan itu tampaknya begitu berat sehingga ia seringkali sengaja sembunyi hanya untuk mengelak wawancara dengan seorang wartawan. Meski banyak dorongan dan tawaran buat menulis biografinya, ia selalu menggelengkan kepala. Dulu katanya, memang pernah ada seseorang yang menerbitkan riwayat hidupnya. Tapi ia sendiri sudah lupa judul buku dan nama penulisnya.
Suatu malam di tahun 1981, sehabis melatih pemain-pemain PSM. Ramang pulang dengan pakaian basah dan membuatnya sakit. Enam tahun ia menderita sakit paru-paru tanpa bisa berobat ke Rumah Sakit karena kekurangan biaya. Pada tanggal 26 September 1987 di usianya yang ke-59 tahun. Mantan pemain sepakbola legendaris Ramang meninggal dunia di rumahnya yang sangat sederhana yang ia huni bersama anak, menantu dan cucunya yang semuanya berjumlah 19 orang (www. ramang.news.com).
Bucce Mello yang merupakan mantan pemain PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan Darat), mengatakan bahwa Ramang adalah perokok berat, padahal pelatih melarang pemain untuk merokok. Pemain-pemain lain merokok secara sembunyi-sembunyi agar tidak dilihat oleh pelatih. Tetapi Ramang tidak demkian ia bahkan merokok di depan pelatihnya. Hal ini merupakan sifat tidak terpuji bagi pemain khususnya bagi Ramang. Lebih jelasnya dalam wawancara dengan Bucce Molle mengatakan :
Kak ramang itu perokok berat. Kalau mau merokok tidak takut pada pelatih. Padahal dulu kita dilarang merokok oleh pelatih. Pemain-pemain lainnya juga merokok tapi Ramang memang paling kuat merokok. Di depan pelatih juga ia merokok (Wawancara, 21 Juli 2009).

Ramang dimakamkan di TPU Panaikang. Untuk mengenang jasa-jasa Ramang sebagai pemain legendaris PSM dan PSSI, maka dibuatkan sebuah patung di lapangan Karebosi. Selain itu hingga sekarang salah satu julukan PSM Makassar adalah Pasukan Ramang. Ironis memang mengetahui kisah hidup mantan bintang sepakbola PSM dan PSSI tersebut.
5. PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) Pasca Ramang
a. Pasca Kemerdekaan
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan, PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) mengadakan reorganisasi dan reformasi di bawah pimpinan Achmad Saggaf yang terpilih sebagai Ketua PSM. Meskipun sistem pengeloaannya sederhana akan tetapi roda kompetisi PSM mulai bergulir dengan baik dan teratur. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ikut memberi nafas baru bagi persebakbolaan Indonesia terlebih lagi pada PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
Pada tahun 1950, PSM mulai mengadakan pertandingan luar ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Bintang-bintang PSM pun bermunculan dan yang paling fenonemal adalah Ramang. Bahkan, kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM hingga kini masih jadi legenda dan tercatat indah dalam sejarah persepakbolaan nasional. Roh dan semangat Ramang pula yang tetap ada dan hidup di tubuh PSM dan membuat kesebelasan ini dijuluki Pasukan Ramang (Fajar, 1 Maret 1992).
PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM menjadi kekuatan baru sepakbola Indonesia dibagian Timur. PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) menjelma menjadi tim elite yang disegani oleh klub-klub lain.
Table 5.5 Daftar juara kompetesi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) tahun 1950-2000 divisi utama

TAHUN TEMPAT JUARA RUNNER-UP
1950 Semarang Persebaya Surabaya Persib Bandung
1951 Jakarta Persebaya Surabaya Persija Jakarta
1952 Surabaya Persebaya Surabaya Persija Jakarta
1954 Jakarta Persija Jakarta PSMS Medan
1957 Padang PSM Makassar Persib Bandung
1959 Jakarta PSM Makassar Persib Bandung
1961 Makassar Persib Bandung PSM Makassar
1964 Jakarta Persija Jakarta PSM Makassar
1965 Jakarta PSM Makassar Persebaya Surabaya
1966 Jakarta PSM Makassar Persib Bandung
1967 Jakarta PSMS Medan Persebaya Surabaya
1969 Jakarta PSMS Medan Persija Jakarta
1971 Jakarta PSMS Medan Persebaya Surabaya
1973 Jakarta Persija Jakarta Persebaya Surabaya
1975* Jakarta Persija Jakarta
PSMS Medan
1977 Jakarta Persija Jakarta Persebaya Surabaya
1978 Jakarta Persebaya Surabaya PSMS Medan
1979 Jakarta Persija Jakarta PSMS Medan
1980 Jakarta Persipura Jayapura PSMS Medan
1981 Jakarta Persiraja Banda Aceh Persipura Jayapura
1983 Jakarta PSMS Medan Persib Bandung
1985 Jakarta PSMS Medan Persib Bandung
1986 Jakarta Persib Bandung Perseman Manokwari
1987 Jakarta PSIS Semarang Persebaya Surabaya
1990 Jakarta Persib Bandung Persebaya Surabaya
1992 Jakarta PSM Makassar PSMS Medan
1993 Jakarta Persib Bandung PSM Makassar
1995 Jakarta Persib Bandung Petro Kimia Putra
1996 Jakarta Bandung Raya PSM Makassar
1997 Jakarta Persebaya Surabaya Bandung Raya
1998**
1999 Manado PSIS Semarang Persebaya Surabaya
2000 Jakarta PSM Makassar PS Pupuk Kaltim

Keterangan :
* Persija Jakarta dan PSMS Medan juara bersama karena ada masalah yang tidak terselesaikan.
** Kompetesi dihentikan di tengah jalan karena perubahan kondisi politik nasional dan keseluruhan di beberapa daerah
Catatan :
Tahun 1994, masa transisi dari Liga Amatir (Divisi Utama PSSI) ke Liga Nasional (Ligina)
(Sumber pedoman rakyat 1994)

Setelah pamor Ramang menurun, muncul pemain Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) seperti Ronny Pattinasarany, Suaeb Rizal dan Anwar Ramang yang muncul di tahun 1970-an. Pemain-pemain tersebut semuanya berasal dari Makassar. Sistem permainannya meiliki ciri khas yang keras, lugas dan berani. Seperti itulah gaya permainan sepakbola dari tradisi lapangan karebosi pada zaman Ronny Pattinasarany dan teman-temannya. Berkat nama besar pemain-pemain sepakbola itu pula lapangan karebosi kemudian di kenal luas dan menjadi salah satu ikon kota Makassar selain pantai losarinya yang indah (Suara Rakyat, 21 Maret 1992).
Ronny Pattinasarany adalah anak seorang tentara KNIL berdarah Ambon yakni Stevanus Pattinasarany yang biasa dipanggil Nus Pattinasarany. Ia dikenal sebagai olahragawan berprestasi. Ia menguasai tiga cabang olahraga sekaligus atletik. Ia termasuk spinter andal dalam nomor 100 meter. Pada arena PON III di Medan, ia pernah mewakili kontingen Sulawesi Selatan untuk cabang sepakbola. Begitupun ketika masih tinggal di Malang, ayahnya lebih dikenal luas sebagai pemain sepakbola (Waskito, 2009 : 22).
Pada waktu ayahnya pindah tugas ke Makassar, Ronny Pattinasarany benar-benar menemukan atmosfer untuk mengembangkan bakatnya. Di Makassar Ronny Pattinasarany bergabung di persatuan olahraga Maluku (POM). Salah satu klub sepakbola anggota PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Ronny bermain di posisi gelandang. Postur tubuhnya tidak begitu besar, tapi ia terkenal sangat lincah dan larinya cepat. Berkat permainannya yang menonjol dengan cepat ia pun terpilih sebagai pemain inti di kesebelasan PSM.
Bakat dan skill Ronny Pattinasarany dalam bermain bola tidak datang begitu saja. Hal tersebut merupakan bentukan lingkungan. Ronni Pattinasarany sangat menyukai permainan sepakbola. Hal ini di dukung pula dari bakat seorang ayah yang mewarisi anaknya. Selain itu ayah Ronny Pattinasarany selalu menanamkan sikap disiplin dalam bermain sepakbola.
Sejak kecil Ronny Pattinasarany memang bercita-cita ingin menjadi pemain sepakbola yang terkenal. Selain itu ia juga memilki idola yakni Suardi Arlan. Ia sangat mengaguminya, karena Suardi Arlan mempunyai teknik dan skill yang sangat bagus, berwibawa serta selalu menjadi perhatian banyak orang, baik teman ataupun lawan. Bahkan Ronny Pattinasarany disebut-sebut sebagai duplikat Suardi Arlan karena gaya permainannya mirip dengan Suardi Arlan.
Pada tahun 1967, untuk pertama kali Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menyelenggarakan turnamen piala Soeratin. Ini adalah turnamen skala nasional bagi pemain-pemain usia di bawah umur 19 tahun. Tujuannya sebagai ajang pembinaan pemain-pemain muda agar kelak dapat menggantikan pemain-pemain senior di Tim Nasional (TIMNAS). PSM sebagai kesebelasan elit dan disegani lawan-lawannya jauh sebelumnya sudah mempersiapkan diri secara matang terhadap pembentukan tim U-19 (Kompas, 2 Maret 1992).
Akan tetapi ada yang berbeda jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Khususnya di daerah Jawa, pembinaan usia mudah sudah lama berjalan lancar. Bahkan di Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung dan Semarang jauh sebelumnya sudah ada kegiatan kompetesi untuk kelompok usia yang berlangsung secara rutin. Di Makassar tidak ada pembinaan usia muda. Jadi sewaktu mendapat panggilan untuk ikut latihan tim junior PSM yang akan dipersiapkan menghadapi kejuaraan piala Soeratin, Ronny Pattinasarany sempat kaget (Waskito, 2009 : 45).
Pada waktu itu PSM menunjuk Waworuntu sebagai manager tim, dan Frans Jo sebagai pelatih yang kemudian segera melakukan seleksi pemain. Ada sekitar 40 pemain yang ikut seleksi. Persaingan untuk mendapatkan tempat dalam tim berlangsung ketat. Dan hanya pemain terbaiklah yang mungkin terpilih untuk selanjutnya berangkat ke Jakarta mengikuti turnamen piala Soeratin di bawah bendera tim junior PSM.
Dari hasil seleksi ada 18 pemain yang terpilih diantaranya Suaib Rizal, Frans Lumeindong, Jauk Lanci, Hasyim Mangga, Nara, Jufri, Anwar Ramang dan Ronny Pattinasarany. Waktu itu rombongan tim PSM naik pesawat Dakota milik Angkatan Udara. Bertolak pukul 6 pagi dan transit dulu di Malang selama 1 jam. Setelah terbang langsung ke Jakarta. Tiba di bandara Halim Perdana Kusuma sekitar pukul 6 sore. Kata Ronny Pattinasarany (Fajar, 8 Februari 1992).
Di Jakarta semua tim peserta turnamen piala Soeratin ditempatkan di flat atlet di kompleks olahraga senayan. Sebanyak 8 tim peserta diantaranya Persema Malang, PSB Bogor, PSM Makassar, Persija Jakarta, PSMS Medan, Perseden Dempasar dan Persebaya Surabaya. Sementara pertandingan berlangsung di tiga tempat yakni stdion Menteng, lapangan Urip Sumohardjo Jatinegara, dan lapangan C di kompleks gelora senayan.
Pada pertandingan pertama PSM berhasil mengalahkan PSMS Medan 1-0. Akan tetapi dalam pertandingan kedua PSM kalah melawan PSB Bogor dengan skor 2-1. Sedangkan di babak semifinal, PSM kalah dari Persema Malang 3-0, sehingga gagal menuju final. Dalam perebutan posisi ketiga dan keempat, PSM berhasil menundukkan Perseden Dempasar dengan skor 2-1. Sementara juara I direbut Persema Malang dan juara II h direbut oleh PSB Bogor (Pedoman Rakyat, 25 Februari 1992).
b. Galatama dan Liga Indonesia
Sampai pada tahun 1979 Kejuaraan Nasional Perserikatan merupakan satu-satunya kompetisi tingkat nasional di Indonesia. Kejuaraan Nasional Perserikatan bersifat amatir. Mulai tahun 1979 PSSI menyelenggarakan kompetisi sepakbola semi-professional, diberi nama Liga Sepakbola Utama SAMRA ýl!; CI T . d o Tc x ÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿ A N Y A TN G D I E D D A T A TK E M I S K I N DATAKE~1DOC 9šª"<1< NU$
Cp p t ÿ D ÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿ ÿÿÿÿ i - p e n Dd i d i k a n . b l o g - Dt e k n o l o g BLOG-T~1PPT I i*<1< Ìh*<Æ- ü åHHH 3GP Q Q&<1< D´5úFq * PMP_USB INI
•+<1< m•+<$ ) åOST 3GP B„N&<1< ¬Ÿ1—Oàm8 Bn a l . d ko c x ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ e k o n o km i r e g i o EKONOM~2DOC «O¤M;1< ¤M;Þ YC A” S m a Àd - L o c k ” alan sejak 1931 (www.sepakbola.galatama.news.com).
Galatama tidak dibagi dalam beberapa divisi kecuali musim tahun1990 dibagi 2 divisi. Sampai musim kompetisi 1982 Galatama memperbolehkan adanya pemain asing, salah satu pemain asing yang terkenal di kompetisi Galatama adalah Fandi Ahmad dari Singapura yang memperkuat Niac Mitra. Ia berhasil mengantarkan klubnya menjuarai Galatama sehingga memperoleh penghargaan dari Kota Surabaya sebagai warga kehormatan Surabaya. Sayang setelah itu Fandi Ahmad harus keluar dari Indonesia karena adanya larangan penggunaan pemain asing di Galatama (Kaligis, 2007:16).
Galatama semula diikuti hanya delapan klub. Selanjutnya berkembang terus dan meramaikan putaran kompetisi nasional yang selama itu pelaksanaannya kurang teratur. Namun Galatama menimbulkan masalah baru, karena klub-klub perserikatan menganggap kehadiran Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan.
Pada awal-awal kompetisi, minat masyarakat terhadap sepakbola cukup tinggi sehingga mampu menyedot setiap pertandingan. Namun di tengah-tengah minat yang tinggi itulah, klub-klub Galatama digerogoti pengaturan skor yang dilakukan oleh para petaruh/penjudi. Akibatnya beberapa pemain yang ketahuan kena suap, diajukan ke pengadilan, demikian juga para penyuapnya. Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Terlebih sejak dikeluarkannya pelarangan pemain asing, kemudian adanya kecurigaan main mata antara beberapa klub, diperparah lagi dengan adanya isu suap. Galatama bukan hanya ditinggalkan penonton, satu per satu klub pesertanya mengundurkan diri.
Tidak hanya itu, wajah sepakbola Indonesia kemudian menjadi semakin beringas. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan wasit, kekurangdewasaan penonton dalam menerima kekalahan dengan mudah dapat menyulut emosi. Kerusuhan demi kerusuhan begitu cepat berubah menjadi amuk. Apalagi hal ini diperparah oleh ketidaktegasan PSSI dalam bersikap pada setiap kasus kerusuhan, sehingga tidak juga menimbulkan efek jera. Akhirnya mimpi-mimpi sepakbola Indonesia menuju pentas dunia, seperti yang dulu dikampanyekan oleh Persatuan Sepakbola Indonesia (PSSI) semakin jauh dari kenyataan.
Menjelang musim kompetisi 1993-1994, tak banyak klub-klub Galatama yang bisa bertahan dari kesulitan finansial. Sungguh berbeda dengan tim-tim asal perserikatan yang masih bisa eksis karena ditopang dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Untuk menyelamatkan klub-klub Galatama tersebut, PSSI akhirnya melakukan sebuah revolusi dengan membuat sebuah kompetisi baru dengan menggabungkan tim perserikatan dengan Galatama yang dikenal dengan Liga Indonesia pada tahun 1994 (Pedoman Rakyat, 24 Maret 1994).





Tabel 5.6 Daftar klub Liga Sepakbola Utama (GALATAMA) pada tahun 1990-1994
No Nama Klub Asal Daerah Tahun
1. Aceh Putra Lhokseumawe, Aceh 1990-1994
2. Perdedetex Medan 1979-1984
3. Mercu Buana Medan 1980-1984
4 Medan Jaya
Medan 1987-1994
5. Semen Padang
Padang
1983-1994
6. Pusri Palembang Palembang
1987-1989
7. Jaka Utama Lampung/Yanita Utama Lampung
1983
8. Tiga Berlian Lampung
1985
9. Krama Yudha Lampung
1986
10. Lampung Putra Lampung 1987-1989
11. Warna Agung Jakarta
1979-1994
12. Jayakarta Jakarta 1979-1982
13. Indonesia Muda Jakarta 1979-1984
14. BBSA (Bangka Billiton Sports Association) Tama Jakarta 1979/1980
15. Buana Putra Jakarta) 1979-1982
16. Cahaya Kita Jakarta 1979-1982
17. Tunas Inti Jakarta) 1979-1987
18. Angkasa Jakarta) 1980-1984
19. UMS '80 Jakarta 1980-1984
20. Arseto Jakarta 1979-1994
21. Pelita Jaya
Jakarta 1986-1994
22. Perkesa Mataram 1987
23. Mataram Putra Mataram 1992
24. Sari Bumi Raya Yogyakarta
1979
25. Tempo Utama Bandung 1983-1984
26. Bandung Raya
Bandung 1987-1994
27. Bintang Timur Cirebon
1980-1983
28. Tidar Sakti Magelang
1979-1982
29. Gajah Mungkur Muria Tama Kudus
1990-1992
30. B.P.D. Jateng Semarang
1988-1994
31. Niac Mitra
Surabaya 1979-1994
32. ASGG Assyabaab Salim Grup Galatama Surabaya 1990-1994
33. Petrokimia Putra
Gresik
1988-1994
34. Arema
Jember)
1987-1994
35. Bentoel Galatama Jember
1990-1992
36. Caprina Denpasar
1983/1984
37. Bali Yudha Denpasar
1984
38. Gelora Dewata
Denpasar
1990-1994
39. Barito Putra
Banjarmasin
1988-1994
40. Pupuk Kaltim
Bontang
1989-1994
41. Putra Mahakam Samarinda 1990-1994
42. Makassar Utama Makassar
1980-1989
43. Bima Kencana Makassar
1983-1984
44. Palu Putra Palu
1987-1989
Sumber : www.sepakbola.galatama.new.com
Adapun klub-klub yang pernah juara pada masa Liga Sepakbola Utama (GALATAMA) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.7 Daftar klub-klub Galatama yang juara pada priode tahun 1979-1994
Musim Juara Runner-Up
1979/1980
Warna Agung
Jayakarta

1980/1982
Niac Mitra
Jayakarta
1982/1983
Niac Mitra UMS 80

1983/1984
Yanita Utama
Mercu Buana

1984
Yanita Utama UMS 80
1985
Krama Yudha Tiga Berlian
Arseto

1986/1987
Krama Yudha Tiga Berlian Pelita Jaya

1987/1988
Niac Mitra Pelita Jaya
1988/1989
Pelita Jaya Niac Mitra
1990
Pelita Jaya Krama Yudha Tiga Berlian
1990/1992
Arseto Pupuk Kaltim

1992/1993
Arema
Pupuk Kaltim
1993/1994
Pelita Jaya Gelora Dewata

Sumber : www.sepakbola.galatama.new.com
Tabel 5.8 Daftar pemain klub top scorer tahun 1979-1994
Musim Nama Klub Goals
1979/1980 Hadi Ismanto Indonesia Muda 22
1980/1982 Syamsul Arifin
Niac Mitra 30
1982/1983 Dede Sulaiman Niac Mitra 17
1983/1984 Bambang Nurdiansyah
Mercu Buana 16
1984 Bambang Nurdiansyah Yanita Utama 13
1985 Bambang Nurdiansyah Krama Yudha Tiga Berlian 9
1986/1987 Ricky Yacob
Arseto 9
1987/1988 Nasrul Kotto Arseto 16
1988/1989 Mecky Tata & dadang kurnia
Arema & Bandung Raya 18
1990 Ricky Yacob Arseto
1991/1992 Singgih Pitono
Arema 21
1992/1993 Singgih Pitono Arema 16
1993/1994 Ansyari Lubis
Pelita Jaya 19
Sumber : www.sepakbola.galatama.new.com

Ketika tim-tim perserikatan digabung dengan tim-tim Galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia. Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia tahun 2000, dan selebihnya empat kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, dan 2004 (Kaligis, 2007 : 21).
Pemain PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) yang bisa dikatakan sebagai terbaik PSM dulu di Galatama kini kembali ke Makassar dia adalah Hanafing. Rumput lapangan sepakbola Karebosi telah mengobati kerinduan Hanafing. Di lapangan itu, Hanafing bermain sepakbola, yang kelak membesarkan namanya menjadi pemain nasional. Kini Hanafing sudah kembali setelah "merantau" selama hampir 26 tahun di tanah Jawa dan menjadi pelatih PSM.
"Dahulu, waktu masih kecil, saya main bola di sana," kata Hanafing. "Kami main bola bertelanjang kaki, sampai kaki ini sakit.". Sekarang Hanafing sudah kembali ke Makassar, tanah kelahirannya. Dia kembali untuk menjadi asisten pelatih PSM Makassar, yang dilatih Radoy "Rudi" Minkovski. Kepulangan Hanafing tidak terjadi begitu saja. Dia dipanggil pulang Ilham Arif Sirajudin, Ketua Umum PSM Makassar yang juga Wali Kota Makassar. Ilham adalah teman Hanafing. "Ada ikatan-ikatan emosional yang membuat saya harus pulang," kata Hanafing.
Hanafing tida bisa melupakan Makassar. Kota Angin Mamiri itu tak hanya melahirkan Hanafing, tapi juga membesarkan namanya di lapangan sepakbola. Sebelum meninggalkan Makassar pada 1982 Hanafing adalah pemain PSM junior sebelum memperkuat Bima Kencana, klub Divisi I Liga Utama Indonesia. Dia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak pada musim itu. Nama Hanafing seketika menjulang ke langit ketika memperkuat Niac Mitra Surabaya, klub anggota Divisi Utama Galatama. Klub milik A. Wenas itu sekaligus menjadi pijakan Hanafing sebagai perantauan asal Makassar. Hanafing ikut membesarkan nama Niac Mitra dengan mempersembahkan dua kali gelar juara Galatama pada musim 1982/1983 dan 1987/1988 (Kompas, 1 Maret 1992).
Sebaliknya, Nia Mitra pula yang pernah membesarkan nama Hanafing. Nama Hanafing kemudian tak hanya melekat dengan Niac Mitra, Mitra Surabaya, dan Persegres Gresik, tapi juga Surabaya, bahkan Jawa Timur. Gerakan-gerakan kakinya membuat banyak orang terkesima. Larinya cepat, tembakannya tajam, penguasaan bolanya sangat prima. Penampilannya sangat dirindukan, yang kemudian membuat banyak orang tak lagi mengenal Hanafing sebagai lelaki Makassar. Dia sudah menjadi milik pencinta sepakbola di Surabaya.
Apa yang diperlihatkan Hanafing, yang kemudian menjadi warga Surabaya itu, tidak datang begitu saja. Dia pasti ingat lapangan Karebosi yang telah membesarkan namanya. Di sana, dia tak hanya menebar pesona, tapi juga membuat hati banyak orang terpikat. Aryantomo Andi Lolo, misalnya, pemilik klub Bima Kencana, sangat menyukai penampilan Hanafing sebelum menariknya ke dalam klub.
"Mereka melihat saya punya kelebihan pada kaki kiri yang tidak dimiliki pemain lain," kata Hanafing. "Saya mengawali karier di Niac Mitra dan di sana pula saya bertekad menjadi pemain besar." Tekad Hanafing menjadi pemain besar akhirnya terwujud ketika dia memperkuat Tim Nasional Indonesia (TIMNAS).
Hanafing mulai memperkuat Liga Selection ke berbagai turnamen. Kemudian, di Tim Nasional, dia juga memperkuat tim di berbagai kejuaraan resmi, di antaranya SEA Games, Pra-Piala Dunia, dan Piala Asia. Hanafing ikut mengantar Tim Nasional meraih medali emas SEA Games Manila 1991. Ketika itu tim nasional berada di bawah komando Anatoly Polosin, pelatih asal Rusia (www.sepakbola.galatama.news.com).
Pada tahun 1991 Manila adalah salah satu arena yang tidak bisa dilupakan Hanafing. Di sana Hanafing sangat terkesan oleh penampilan Tim Nasional (TIMNAS), yang dia nilai sebagai tim yang kompleks dan kompak. Dari sini pula Hanafing menilai dirinya sebagai pemain berbakat dengan posisi yang hanya bermain di sebelah kiri lapangan hijau. Dia bisa ditempatkan sebagai pemain sayap, pemain tengah, juga pemain depan. "Saya bekerja hanya sebelah kiri," kata Hanafing.
Penampilan Hanafing yang bermain hanya di sebelah kiri ini telah mengundang kekaguman. Ferril Raymond Hattu, rekannya di Tim Nasional (TIMNAS) tak ingin ketinggalan memuji Hanafing. Menurut Ferril, Hanafing adalah pemain yang cerdas. "Dia memiliki skill dan penampilannya sangat excellent," kata Ferril.
Ferril tak hanya memuji Hanafing ketika berada di lapangan hijau. Di luar lapangan, Ferril juga mengakui Hanafing sebagai lelaki yang tak bermasalah. Karena itu pula Hanafing tak hanya menyelesaikan kuliah, berkeluarga, serta berumah di Surabaya, tapi juga bebas menurunkan ilmu kepelatihan di berbagai klub di Jawa Timur, termasuk di Mojokerto dan Kediri.
Kini, ketika Hanafing memutuskan kembali ke Makassar, tak ada yang menahannya. Setelah dia membesarkan nama berbagai klub di Jawa Timur, kini saatnya dia mencoba semakin membesarkan nama PSM Makassar. "Sudah saatnya dia kembali. Makassar membutuhkan tenaga dia," kata Ferril.
Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya 2 kali mengalami kekalahan dari total 31 pertandingan. Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santotal tosa, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto yang dikombinasikan dengan pemain asli Makasar.
Pemain-pemain sepakbola seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur. Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan dengan skor 3-2.
Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun. PSM juga didukung oleh regenerasi yang kontinyu dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi managemen PSM.
Adapun tim-tim yang merupakan klub PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) adalah sebagai berikut :
Tabel 5.9 Daftar tim-tim klub PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)
KLUB-KLUB PSM (PERSATUAN SEPAKBOLA MAKASSAR)
Divisi utama Divisi satu Divisi dua
1. PS. Swadiri
2. Pop
3. PS. Libra
4. PS. Perseka
5. PS. Makassar Putra
6. PS. Costarika
7. PS. National Panasonic
8. PS.Mesran Pertamina 1. PS. Indonesia Utama
2. PS. Budi Daya
3. PO. Persis
4. PS. Bangau Putra
5. PS. Anyelir
6. PS. Agi
7. PS. Mangura Kamuri
8. PS. Makassar Satu
9. PS. Tanjung Bunga
10. PS. Ratatama 1. PO. Minaesa
2. PS. Mos Vavoca
3. PS. Estika
4. PS. RS. Islam Faisal
5. PS. Tirta Makassar
6. PS. Madya Jaya
7. PS. Angkatan Laut (AL)
8. PS. Angkatan Udara (AD)
Sumber : Sekretariat PSM tahun 2003

6. Supporter PSM (Persatuan Sepakbola Makassar)
The Macz Man adalah salah satu klub suporter PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) yang ada di Makassar. Klub suporter ini menghimpun tidak kurang dari 5000-an orang suporter dan lebih terorganisir jika dibandingkan dengan klub suporter lain yang ada di Makassar. Klub Suporter The Macz Man juga setiap bulannya dipungut iuran sebesar Rp1.000 setiap anggota. Dana yang terkumpul akan dipakai untuk keperluan-keperluan kegiatan The Macz Man dan untuk membantu anggota suporter yang mengalami musibah.
Klub suporter The Macz Man didirikan oleh Alim ‘Ocha’ Bahri bersama dua rekannya yakni Iriyanto Syah Kasim (Pengurus Daerah PSSI Makassar) dan Ir Amrullah Pase (Direktur PT IKI). Sementara itu Perdana Menteri The Macz Man adalah sebutan bagi ketua, dipegang oleh Ocha, yang juga merupakan seorang fotografer olahraga harian di Makassar (Rachman, 2005:20).
Model pengorganisasian klub suporter The Macz Man mencontoh sistem pemerintahan sebuah negara. The Macz Man memiliki duta-duta besar yang tersebar di luar Makassar. Ada zona Jadebotabek yang mengkoordinir suporter PSM yang ada di sekitar daerah tersebut. Ada pula zona Jawa Tengah, zona Jawa Timur, zona Kalimantan, dan zona Bali. Jika terjadi kerusuhan di Stadion Mattoanging, The Macz Man memiliki Barikade The Army yang berusaha mengamankan atau mencegah terjadinya kekacauan yang disebabkan oleh suporter.
Suporter The Macz Man mempunyai banyak karakter dalam mendukung tim kesayangannya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Ada yang menyanjung-nyanjung, ada pula yang meneror pemain yang permainannya jelek. Baik itu dengan cara mengolok-olok pemain atau melempar dengan botol minuman mineral. Semuanya itu punya maksud baik ingin PSM menang. Suporter tim yang kerap juga disebut Pasukan Ramang itu mau mengakui kemenangan tim lawan jika permainannya lebih bagus dari PSM. Sebaliknya, PSM disalahkan kalau permainannya buruk.
Fanatisme suporter The Macz Man tentu saja sangat disukai oleh para pemain. Ronald Fagundez yang merupakan pemain asing dari Uruguay merasa senang ketika bermain didukung penuh oleh suporter. Jais Lestaluhu, pemain PSM asal Ambon, merasa senang apabila suporter PSM sangat antusias mendukung tim yang berjuluk Juku Eja itu.
Berkonvoi keliling Makassar dengan berkendaraan sepeda motor atau pete-pete sewaan, dilengkapi dengan pakaian yang serba merah, mereka menjelma jadi serigala di atas roda dan memacetkan lalu-lintas jalan. Hal itu biasa dilakukan ketika berombongan klub suporter hendak ke Mattoanging. Ada pula yang begitu heroik ketika melintas berparade. Seperti seorang panglima, yang dikawal oleh para ajudannya.
Klub suporter ini biasanya melakukan iring-iringan pawai yang mengantarnya disertai sirene panjang dan gas sepeda motor yang meraung-raung. Ketika lewat di perempatan jalan, ia lancar saja melintas meski saat itu traffic light sedang berwarna merah. Sebelum mobilnya lewat, telah ada aba-aba untuk memberi jalan ‘Sang Panglima’ menuju Mattoanging. Begitu cintanya pada tim kesayangan, ada saja yang dilakukan seorang suporter untuk mewujudkan kegemilangan PSM
Dalam wawancara dengan Anwar Ramang bahwa di tahun 1960-an belum ada yang disebut dengan suporter tetapi yang ada hanya simpatisan. Begitupun ketika PSM bertanding di luar jarang sekali atau bahkan tidak ada simpatisan yang ikut sama pemain. Akan tetapi respon masyakarat/simpatisan dalam memberikan dukungan kepada klub yang mereka banggakan tersebut yakni PSM sangat tinggi. Berikut perkataan Anwar Ramang :
Di masa Ramang tahun 1960-an belum ada yang disebut dengan suporter tetapi yang ada hanyalah simpatisan. Tapi mereka sangat bersemangat memberikan dukungan kepada PSM ketika bertanding. Apabila PSM bertanding di luar, simpatisan jarang atau bahkan tidak ada yang ikut (Wawancara, 21 Juli 2009).

RED GANK adalah organisasi suporter PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) yang didirikan di Kompleks Hartaco Indah Makassar pada tanggal 08 Februari 2004 melalui rapat dewan presidium dan di tindak lanjuti dalam rapat dewan formatur. Sekretariat RED GANK di Komp. Hartaco Indah Blok –I.A No. 14 Makassar. Supporter ini juga turut memberikan dukungan penuh apabila PSM sedang bertanding (AD/ART RED GANK, 2005).
RED GANK mempunyai lambang berbentuk kepala manusia. Setengahnya adalah bola dan setengahnya adalah lagi raut wajah bergaris keras mengenakan scrab berwarna putih bertuliskan RED GANK dengan berlatar belakang warna merah. Kepala manusia sebagai lambang pola pikir, artinya RED GANK dalam setiap tindakannya didasari atas pemikiran yang jernih. Kepala setengah bola melambangkan bahwa organisasi RED GANK terdiri dari individu-individu penggemar olahraga yang fanatik kepada sepakbola.
Kepala setengah wajah dengan raut bergaris keras melambangkan bahwa dalam memberikan suppor dilapangan harus dapat memberikan semangat kepada tim kebanggaan dan mengintimidasi lawan. Kepala mengenakan scrab berwarna putih melambangkan bahwa setiap individu organisasi RED GANK dalam bertindak selalu menjunjung tinggi nilai –nilai sportifitas. Kepala berlatar belakang warna merah melambangkan bahwa RED GANK didirikan untuk memberikan dukungan kepada PSM yang memiliki warna khas merah.
Anggota RED GANK adalah individu-individu yang telah mendaftarkan diri secara sukarela dengan memenuhi persyaratan yaitu; pertama, tidak terikat dengan organisasi suporter sepakbola lain serta berusia 15 tahun keatas. Kedua, Individu dan kelompok yang tidak terdaftar sebagai anggota hanya disebut simpatisan. Tiga, anggota RED GANK memiliki hak dan kewajiban sebagai anggota sedangkan individu atau kelompok simpatisan tidak memiliki hak dan kewajiban (AD/ART RED GANK, 2005).
Tujuan didiriannya RED GANK adalah; pertama, membentuk individu-indivudu suporter yang meiliki jiwa sportif, koordinatif, bersemangat tinggi, dan berorientasi kepada kemajuan tim PSM. Kedua, menggalang kepedulian terhadap tim PSM dalam rangka meningkatkan prestasi PSM baik dalam skala nasional maupun internasional. Ketiga, memberikan dukungan nyata kepada PSM baik dalam bentuk spiritual dilapangan maupun saran teknis kepada Offisial tim PSM.
Supporter Poros Tengah Karebosi Makassar (SPTKM) didirikan di Makassar pada tanggal 5 Februari 2005 yang berkedudukan di dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia dan bersekretariat di Kecamatan Ujung Pandang kota Makassar. Organisasi ini berasaskan pada pancasila (AD/ART SPTKM, 2005).
SPTKM mempunyai motto VIVA PSM, EWAKO MAKASSAR. VIVA PSM merupakan semangat anggota SPTKM dalam memberikan semangat kepada pemain-pemain PSM yang dibanggakan untuk menjuarai kompetisi-kompetisi yang diadakan, baik nasional muapun tingkat internasional. EWAKO MAKASSAR merupakan semangat SPTKM dalam memberikan dukungan kepada pemerintah kota Makassar yang tercinta, dalam menjalankan program pembangunan disegala bidang.
Kriteria untuk menjadi pengurus SPKM; pertama warga negara Republik Indonesia. Kedua, bertempat tinggal di Makassar. Tiga, berusia minimal 17 tahun dan memiliki KTP. Lima, dapat membaca dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Enam, sehat jiwa dan rohani. Tujuh, berkelakuan baik/tidak terlibat pidana. Delapan, mendapat dukungan dari anggota. Sembilan, berpengalaman, tangguh, tanggap, dan percaya diri serta mampu bekerja sama dan sanggup menjalankan amanah-amanah organisasi
SPTKM adalah organisasi kepemudaan yang bersifat sosial. Dalam arti luas SPTKM berfungsi sebagai : pertama, sebagai wadah penyalur kegiatan sosial untuk membantu masyarakat dan pemerintah setempat (TRIPIKA) di kecamatan Ujung Pandang umumnya dalam menciptakan suasana kerukunan hidup bermasyarakat dengan semangat kesetiakawanan sosial melalui aktivitas keagamaan, cinta olahraga dan seni, cinta kebersihan lingkungan, cinta damai, aman dan tentram.
Kedua, mendidik, melatih dan membimbing anggotanya untuk menyalurkan karya darma baktinya sesuai minat dan kemampuan serta memiliki rasa tanggung jawab dalam membantu masyarakat dan pemerintah. Ketiga, bercorak kebebasan yang diimplementasikan dalam sikap independen, berdiri sendiri, tidak menjadi bagian dalam organisasi kekuatan sosial politik.
Keempat, bercorak kemandirian yang dicerminkan dalam sikap organisasi yang memilki otonomi dalam pemikiran. Kelima, bercorak kekeluargaan yang diimplementasikan pada pengembangan wawasan yang menumbuhkan sikap persaudaraan serta berperan aktif dalam mendukung setiap kegiatan olahraga (AD/ART SPTKM, 2005).
Ikatan suporter Mamajang Bersatu (MABES) didirikan di Makassar pada hari Senin tanggal 23 Januari 2005. MABES berkedudukan di Makassar provinsi Sulawesi Selatan. MABES yakni; pertama, organisasi kemasyarakatan yang bersifat non politik praktis dan universal, yang tidak membedakan suku agama dan budaya serta menjunjung tinggi semangat sportifitas kebersamaan dan kekeluargaan. Kedua, bercirikan gotong royong dalam melakukan segala jenis kegiatan untuk mewujudkan rasa kebersamaan dan persaudaraan. Ketiga, bercorak keterbukaan dalam menerima anggota, menampung aspirasi partisipasi, prakarsa dan dinamika anggota (AD/ART MABES, 2005).
Kewajiban dan hak anggota supporter MABES antara lain; pertama, setiap anggota berkewajiban dan mematuhi Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Kedua, setiap anggota bisa mempunyai hak suara serta hak memilih pengurus organisasi. Ketiga, setiap anggota tetap mempunyai hak suara serta memilih dan dipilih untuk memangku jabatan kepengurusan organisasi. Keempat, setiap anggota kehormatan tidak mempunyai hak suara serta hak memiih dan dipilih untuk memangku jabatan kepengurusan organisasi.
The Red Ablam Mania Makassar (TRAM) didirikan di Makassar pada tangal 9 November 2003 yang berkedudukan di dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia dan bersekretariat di kecamatan Makassar kota Makassar. Anggota TRAM adalah perorangan yang terdiri dari setiap orang yang setia dan bersedia serta bertekad untuk mengembangkan dan memajukan organisasi yang diatur sebagai berikut; bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tunduk dan patuh terhadap Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) dan aturan-aturan lainnya serta minimal berusia 17 tahun dan memiliki KTP. Anggota kehormatan adalah mereka yang berjasa atau mereka yang banyak memberikan jasa terhadap organisasi (AD/ART TRAM, 2005).
Ikatan supporter PSM “Makassar Timur” atau disingkat ISM “Makassar Timur” yang didirikan di Makassar pada tanggal 25 Mei 2004 untuk batas waktu yang btidak ditentukan. ISM Makassar Timur berasas pancasila sebagai sumber dari segala hukum. Sifat dan fungsi ISM “Makassar Timur” merupakan organisasi hobbi yang bersifat terbuka, kekeluargaan, kesetikawanan, dan independen tanpa pilih kasih pada salah satu partai politik.
Anggota ISM Makassar timur adalah pemuda-pemudi, masyarakat dan atau siapa saja yang berkeinginan bergabung dan bersimpati pada organisasi ini sepanjang memnuhi criteria dan persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi, keanggotaannya bersifat terbuka. Persyaratan menjadi anggota selanjutnya diatur dalam ART.
Fungsi ISM “Makassar Timur” adalah sebagai berikut : pertama, sebagai wadah yang menghimpun masyarakat yang mempunyai kesamaan visi dalam mendukung PSM Makassar. Kedua, sebagai media komunikasi yang komunikatif. Ketiga, sebagai wadah pembinaan dalam kehidupan masyarakat.
Supporter Maccini United Bersinar Makassar (SMUBM) didirikan di Makassar pada tanggal 14 Maret 2006. SMUBM berkedudukan di wilayah hukum negara kesatuan republik Indonesia dan bersekretariat di kecamatan kota Makassar. Anggota SMUBM mempunyai hak yaitu; pertama, mengeluarkan pendapat dan usul-usul dalam suatu musyawarah ataupun saran-saran baik secara lisan maupun secara tulisan kepada pengurus demi untuk kemajuan organisasi (AD/ART SMUBM, 2005).
Kedua, mengusulkan dan diusulkan serta memilih dan dipilih diantara anggota dalam musyawarah-musyawarah. Ketiga, mengikuti semua kegiatan organisasi yang positif. Setiap anggota berkewajiban yaitu; menghayati dan mengamalkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), peraturan-peraturan serta disiplin organisasi, menaati seluruh keputusan dalam musyawarahserta melaksanakan semua kegiatan organisasi.
Suporter Bannang Ejayya didirikan pada hari Minggu, tanggal 1 Februari 2002 di Makassar. Organisasi suporter ini bertujuan meningkatkan sumber daya manusia dan memupuk semangat sportivitas dan menjunjung kebersamaan dan kekeluargaan serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Organisasi ini bercirikan kebersamaan, gotong royong serta mandiri dan bercorak terbuka.
Kegiatannya; pertama, berperan aktif dalam kegitan generasi muda untuk mengembangkan kualitas sumber daya muda yang potensial khususnya dalam bidang keolahragaan. Kedua, menjalin kerjasama dengan berbagai kalangan baik perorangan, lembaga, perhimpuan, pemerintah serta sesama suporter itu sendiri. Ketiga, meningkatkan kualitas para anggota suporter serta mengembangkan pembinaan melalui koordinasi dengan jalan kaderisasi dan komunikasi antar sesama generasi, kelompok suporter dalam kegiatan masyarakat.
Ikatan Suporter Pongtiku Kalumpang Cumi-Cumi Makassar (PKC) Makassar didirikan di Makassar pada hari Senin tanggal 15 Juni 2005 untuk jangka yang tidak ditentukan. PKC bersifat non politik praktis, bercirikan gotong royong, bercorak terbuka, bebas, mandiri dan kekeluargaan. PKC bertujuan dalam rangka mewujudkan generasi muda berkepribadian dan mandiri dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
Pertama, berperan aktif dalam kegitan generasi muda untuk mengembangkan kualitas sumber daya muda yang potensial khususnya dalam bidang keolahragaan. Kedua, menjalin kerjasama dengah berbagi kalangan baik perorangan, lembaga, perhimpuan, pemerintah seta sesama suporter itu sendiri. Ketiga, meningkatkan kualitas para angota supoeter serta mengembangkan pembinaan melalui kordinasi dengan jalan kaderisasi dan komunikasi antar sesama generasi, kelompok suporter dalam kegiatan masyarakat (AD/ART PKC, 2005).
Suporter Terong didirikan pada tanggal 7 November 1993 di Makassar. Suporter Terong bertujuan meningkat sumber daya manusia dan memupuk semangat sportifitas dengan menjunjung tinggi kebersamaan dan kekeluargaan serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (AD/ART Suporter Terong, 2005).
Fungsi organisasi suporter Terong yaitu ; pertama, suporter Terong Makassar adalah wadah atau organisasi penyaluran bakat generasi muda dari berbagai kalangan masyarakat. Kedua, supporter Terong Makassar senantiasa menjalin tali persaudaraan melalui kerjasama kemitraan dengan pemerintah, organisasi masyarakat dan seluruh kalangan masyarakat. Ketiga, melaksanakan fungsi organisasi struktural yang dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Kewajiban dan hak anggota antara lain; setiap anggota berkewajiban dan mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Kedua, setiap anggota bias mempunyai hak suara serta hak memilih pengurus organisasi. Ketiga, setiap anggota tetap mempunyai hak suara serta memilih dan dipilih untuk memangku jabatan kepengurusan organisasi. Keempat, setipa anggota kehormatan tidak mempunyai hak suara serta hak memiih dan dipilih untuk memangku jabatan kepengurusan organisasi.
Dari beberapa suporter yang telah disebutkan di atas mempunyai bantuk dan cara masing-masing dalam memberikan support kepada klub kesayangannya yakni PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Akan tetapi dari segi fungsi dan keanggotaan sebagian besar mempunyai kesamaan. Hal ini disebabkan karena suporter tersebut memiliki visi dan misi yang sama dalam memberikan dukungan penuh kepada PSM.
Seperti halnya dengan Ruud Rappung warga Jakarta Utara asal Makassar sangat setia mengikuti PSM ketika bertandang ke pulau Jawa. Hanya saja di Stadion Gelora 10 Nopember, kandang tim Persebaya Surabaya ia segan. Ia takut pada Bonek (Bondo Nekat), sebutan suporter Persebaya. Menurutnya kalau berurusan dengan Bonek bisa bahaya karena Bonek suporter yang fanatik. Tidak alasan untuk tidak menonton PSM (Persatuan Sepakbola Makassar). Hal ini disebabkan rasa cintanya pada tim Pasukan Ramang tersebut.
Ada pula cara lain yang dilakukan oleh suporter dalam mendukung PSM seperti Rano. Sebelum pemain masuk ke lapangan ia berlari mengitari lapangan. Setelah itu ia melakukan shalat di tengah lapangan. setelah bersujud di lapangan rumput, ia tengadahkan tangannya. Kemudian ia berlari lagi melanjutkan ritualnya ke tiang gawang tim lawan.
Ada hal yang lucu terhadap Rano, ia pernah mengencingi gawang Persija saat bertandang ke Mattoanging. Tidak ada satu pun yang menegurnya atau menahan kelakuan buruknya itu, termasuk Ilham Arief Sirajuddin, Walikota Makassar sekaligus Manajer PSM dan Peter Withe yang merupakan pelatih Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) ketika itu.Banyak orang menganggapnya kurang waras. Tapi banyak pula yang percaya kalau kelakuannya di lapangan sebelum tim bertanding membawa berkah bagi PSM.
Hairul tidak kalah semangatnya dengan suporter yang lain. Pemuda yang masih berusia belasan ini mengumpulkan upahnya dari menjual ayam potong di Pasar Cidu, untuk bisa ke Senayan, menyaksikan tim kesayangannya. Dengan hanya modal baju merah, ia naik ke kapal dengan memanjat dan berebut tempat dengan suporter lainnya. Ia tak pernah memikirkan kesulitan yang akan dihadapinya nanti di Jakarta. Katanya: “Kapan lagi kita ke Jakarta, apalagi tidak dibayar ji” Ia sudah dua kali ikut ke Senayan dan berharap PSM juara.
Selain memberi dukungan di lapangan, para suporter tak kalah kreatif dalam mendukung tim kebanggaannya bahkan lewat rubrik SMS yang tersedia di harian-harian yang ada di Makassar. Misalnya saja, dari nomor 085242123XXX: Wahai para suporter janganlah selalu menghina penonton yang manjat. Itulah tanda cinta kami pada PSM walaupun dipukul rotan. Dindonk DKK Cendrawasih.
Mengiringi perjalanan sebuah tim, ada suka maupun dukanya. Sukanya ketika PSM juara sedangkan dukanya apabila PSM kalah. Nurdin Tekilo misalnya, suporter PSM yang begitu fanatik ini punya pengalaman seru ketika mengikuti lawatan PSM di Gresik, Jawa Timur. Pada waktu itu masih putaran kedua Liga Indonesia. Ketika itu skor PSM imbang melawan Petro Kimia, 1-1. Seusai pertandingan, pendukung Petro Kimia tiba-tiba mengamuk dan mengepung pemain-pemain PSM dan para pengikutnya (Rachman, 2005:23).
Taburan batu dari para suporter rusuh itu, cukup menciutkan nyali Nurdin. Rombongan ini pun akhirnya selamat, ketika mereka diangkut dengan panser dan dioper ke kendaraan lain di jalan tol. Barulah ia dan lainnya merasa betul-betul aman ketika sampai di rumah HM Alwi Hamu, seorang pengusaha dari Sulawesi Selatan.
Ocha juga pernah mengalami kejadian buruk saat ikut rombongan PSM bertandang di kandang Persema, Malang. Ia menderita luka-luka, akibat dipukuli beberapa suporter Persema, saat kerusuhan supporter terjadi. Karena merasa sebagai anak Makassar, ia tak rela harga dirinya diinjak-injak, ia pun balas memukul suporter itu dengan memakai tripod kameranya. Selama dua minggu, mulut Ocha susah mencerna makanan sebab peristiwa itu.
Ada pula yang berteriak mengumpat seorang pemain yang tidak disukainya atau pemain yang gagal membuat gol. Biasanya ketika seorang pemain bermain gemilang, ia dielu-elukan dan ditepuktangani ketika ia berdiri dekat dari suporter. Para suporter terus melambaikan tangan sampai pemain itu menoleh dan membalasnya dengan senyum. Para suporter berjejeran menonton. Ada yang berdiri di atas motornya yang diparkir di dekat lapangan, ada pula yang bertumpuk menempel di pagar pembatas lapangan.
Keramaian ini membawa juga berkah bagi para pedagang kaki lima di sekitarnya. Termasuk tukang parkir yang memungut lima ratus sampai seribu rupiah dari setiap motor atau mobil yang diparkir di wilayah kekuasaannya. Ketika itu pertandingan usai dengan skor 7-1, untuk kemenangan tim inti. Setelah para pemain kembali ke bis rombongan, Miroslav Janu masih di lapangan. Ketika ia merupakan pelatih PSM.





BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
PSM dirikan pada tanggal 2 November 1915 yang pada waktu itu masih merupakan perkumpulan sepakbola yang bernama Makassar Voetbal Bond (MVB). Dalam perjalanan historisnya perkumpulan sepakbola MVB menampilkan pemain-pemain bumiputera di jajaran elite persepakbolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dari MVB yang disegani oleh pemain Belanda. Pada tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam luar negeri. Pertandingan yang dijalani oleh MVB di dalam negeri di antaranya daerah Jawa, seperti klub Quick, klub Excelcior, klub HBS, dan klub dari Sumatera, Borneo, dan Bali. Sedangkan pertandingan dilakoni MVB dari luar negeri adalah kesebelasan dari Hongkong, Korea dan Australia.
Ramang adalah pemain sepakbola legenda yang berasal dari PSM ketika itu masih bernama MVB. Ramang mulai memperkuat PSM pada tahun 1947. Melalui sebuah klub bernama PERSIS (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Ramang ikut kompetisi dengan pemain-pemain MVB lainnya. Ramang selain melakoni pekerjaannya sebagai pemain sepakbola, ia juga menjadi seorang kernek truk dan tukang becak. Ramang dikenal sebagai penyerang haus gol. Ramang memang penembak lihai, dari sasaran mana pun, dalam keadaan sesulit bagaimana pun, menendang dari segala posisi sambil berlari kencang. Satu keunggulan yang masih diidamkan oleh setiap pemain bola kita hingga saat ini, terutama tembakan salto.
keahlian Ramang dalam sepakbola adalah karunia alam untuk pribadinya sebagai seorang bekas pemain sepakraga yang ulung. Kejayaan Ramang ternyata singkat saja. Pada tahun 1960, sesudah namanya sempat populer yang dikenal oleh dunia tiba-tiba ia dijatuhi skorsing. Ramang dituduh menerima suap. Pada tahun 1962 Ramang dipanggil kembali masuk PSSI, tapi pamornya sudah berkurang. Pada tahun 1968 dalam usia 40 tahun, Ramang bermain untuk terakhir kalinya membela kesebelasan PSM di Medan
Sampai pada tahun 1979 Kejuaraan Nasional Perserikatan merupakan satu-satunya kompetisi tingkat nasional di Indonesia. Kejuaraan Nasional Perserikatan bersifat amatir. Mulai tahun 1979 PSSI menyelenggarakan kompetisi sepakbola semi-professional, diberi nama Liga Sepakbola Utama disingkat menjadi Galatama. Galatama merupakan salah satu pioner kompetisi semi-professional dan professional di Asia selain Liga Hong Kong. Galatama dilahirkan 8 Oktober 1978 dan mulai menggulirkan kompetisinya tahun 1979 diikuti oleh klub-klub profesional dan bersaing dengan Kompetisi Perserikatan yang sudah berjalan sejak 1931.
The Macz Man adalah salah satu klub suporter PSM. Klub suporter ini menghimpun tidak kurang dari 5000-an orang suporter dan lebih terorganisir jika dibandingkan dengan klub suporter lain yang ada di Makassar. Klub Suporter The Macz Man juga setiap bulannya dipungut iuran sebesar Rp1.000 setiap anggota. Dana yang terkumpul akan dipakai untuk keperluan-keperluan kegiatan The Macz Man dan untuk membantu anggota suporter yang mengalami musibah. RED GANK adalah organisasi supporter PSM yang didirikan di Komp. Hartaco Indah Makassar pada tanggal 08 Februari 2004 melalui rapat dewan presidium dan ditindak lanjuti dalam rapat dewan formatur. Supporter Poros Tengah Karebosi Makassar (SPTKM) didirikan di Makassar pada tanggal 5 Februari 2005 yang berkedudukan di dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia dan bersekretariat di Kecamatan Ujung Pandang kota Makassar.
Ikatan suporter Mamajang Bersatu (MABES) didirikan di Makassar pada hari Senin tanggal 23 Januari 2005. MABES berkedudukan di Makassar provinsi Sulawesi Selatan. The Red Ablam Mania Makassar (TRAM) didirikan di Makassar pada tangal 9 November 2003 yang berkedudukan di dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia dan bersekretariat di kecamatan Makassar kota Makassar. Ikatan suporter PSM “Makassar Timur” atau disingkat ISM “Makassar Timur” yang didirikan di Makassar pada tanggal 25 Mei 2004 untuk batas waktu yang btidak ditentukan. Supporter Maccini United Bersinar Makassar (SMUBM) didirikan di Makassar pada tanggal 14 Maret 2006.
B. Saran-Saran
1. Dianggap perlu untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang latar belakang historis berdirinya PSM (Persartuan Sepakbola Makassar) untuk mengetahui gambaran sejarah terbentuknya PSM agar dapat dipahami dan dimengerti oleh generasi muda yang akan datang.
2. Hasil penelitian dan historiografi tentang “dinamika persatuan sepakbola Makassar tahun 1950-2006” tersebut. Diharapkan kepada pemerintah kota Makassar sebaiknya diperbanyak dan disebarluaskan untuk dipelajari dan diketahui oleh masyarakat dan generasi muda agar mereka memiliki pemahaman sejarah sepakbola khususnya PSM (Persatuan Sepakbola Makassar).
3. Diharapkan kepada pemerintah Kota Makassar dan warga seluruh Sulawesi Selatan agar memperhatikan PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) dengan memberikan bantuan baik itu berupa materi, support dan dukungan moril agar PSM dapat menjadi tim sepakbola yang tangguh dan disegani oleh klub-klub lain.
4. Kepada para peneliti, agar lebih menggalakkan penelitian sejarah olahraga karena pengkajian tentang sejarah olahraga masih minim dan dengan adanya penelitian ini “Dinamika Persatuan Sepakbola Makassar” dapat menambah pengetahuan dan referensi kita tentang olehraga khususnya khususnya sejarah persepakbolaan Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Waskito, Andreas. 2009. Memoar Sang Kegenda Sepakbola Ronny Pattinasarany “Dan Saya Telah Menyelesaikan Pertandingan ini”. Jakarta : PT Penerbitan Sarana Bobo.

Palupi, Agustina. 2004. Politik dan Sepakbola. Jogjakarta : Ombak
Kaligis, O.C dkk. 2007. Hukum dan Sepakbola. Jakarta : O.C Kaligis & Associates
Saelan, Maulwi. 1967. Sepakbola. Jakarta : Gramedia
Rachman, Anwar dkk. 2005. Makassar Nol Kilometer. Makassar : Ininnawa.
Sucipto. 2000. Sejarah Sepakbola. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.

Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta : PT. Serambi
Joesoyf, 1986. Dinamika Kelompok. Ujung pandang : LEPHAS
Nawawi, Hadari 2006. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta : Gadja Mada University Press

Gottschalk, Louis. 1986. “Understanding History” Diterjemahkan Oleh Nugroho Notosusanto Mengertti Sejarah. Jakarta : UI Press

Frederick, H. & Soeroto. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum Dan Sesudah Revolusi. Jakarta : LP3ES

Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia : Suatu Alternatif. Jakarta : Gramedia

Kartodirjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT Gramedia pustaka Utama

Kartodirdjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Jilid II. Jakarta : Gramedia.

Notosusanto, Nugroho dkk. Sejarah Nasional Indonesia Jiliv IV. Jakarta : Balai Pustaka

Fajar tahun 1991-1992
Anonim. “Dorce Cinta PSM” Fajar, 25 Januari 1992.
Anonim, “Prestasi PSM” Fajar, 26 Februari 1992
Anonim. “PSM Punya Kekuatan Ekstra” Fajar, 1 Maret 1992.
Kompas tahun 1991-1992
Anonim . “Juku Eja Psm Akan Pertahankan Permainan Keras” Kompas, 21 Februari 1992

Pattinasarany, Ronny. Kesuksesan Yang Menuntut Kerja Keras. Kompas, 21 Maret 1992

Surat Kabar Lain, Kamus dan Anggaran Dasar Suporter PSM

Anonim. ”Juara Perserikatan PSSI Sejak 1931” Pedoman Rakyat, 1 Maret 1992.
Yandianto. 2000. Kamus Umum bahasa Indonesia. Bandung : M2S

Supporter PSM. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga RED GANK Makassar

Supporter PSM. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Supporter Poros Tengah Karebosi Makassar. Makassar

Supporter PSM. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan suporter Mamajang Bersatu

Supporter PSM. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga The Red Ablam Mania Makassar.

Supporter PSM. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Supporter Maccini United Bersinar Makassar.

Supporter PSM. 2005. Anngaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Suporter Pongtiku Kalumpang Cumi-Cumi Makassar.

Supporter PSM. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Suporter Terong, 2005

Sumber Internet

Anonim. 2008. http//www.sepakbola.news.com. diakses tanggal 10 maret 2009
Robert N. Bella. 2008. http//www.defenisi.sepakbola.news.com. diakses tanggal 10 Maret 2009
Anonim. 2008. http//www.psm.news.com. diakses tanggal 12 Maret 2009
Anonim. 2008. http//www.suporter psm..news.com.diakses tanggal 12 Maret 2009
Anonim. 2008. http//www.sepakbola.indonesia.news.com. diakses tanggal 10 Mei 2009
Anonim. 2008. http//www.sepakbola galatama.news.com. diakses tanggal 10 Mei 2009
Sumber lisan (wawancara)
1. Nama : Anwar Ramang
Alamat : Jl. Landak Baru Lr. 8
Umur : 60 tahun
Pekerjaaan : Pensiunan Pegawai Negeri/mantan pemain PSSI
Tanggal wawancara : 21 Juli 2009

2. Nama : Bucce Molle
Alamat : perumnas, Jl. Tidung 8 setapak I No. 15
Umur : 77 tahun
Pekerjaan : Mantan Pemain PSAD (Persatuan Sepak Angkatan Darat)
Tanggal wawancara : 21 Juli 2009

3. Nama : Saleh Rahma Daud
Alamat : -
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Mantan pemain PSSI
Tanggal wawancara : 21 Juli 2009
4. Nama : Rasyid Dahlan
Alamat : Jl Paropo 3 Tallo
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Mantan Pemain Nasional
5. Nama : Safar
Alamat :-
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Koordinator supporter PSM

6. Nama : Ruslam
Alamat : -
Umur : 32 tahun
Pekerjaan pengurus PSM